Al-Qur’an Mengkaji Ujaran (I)

ujaran, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Satu hal, mengapa Indonesia terus ‘ditemani’ oleh masalah-masalah yang seakan minim solusi bahkan tak menemukan jalan keluar yang tepat. Adalah senangnya masyarakat untuk ‘menguliti’ masalah tersebut dengan ujaran-ujaran kebencian dan makian yang tak ada habisnya. Ini bisa dilihat misalnya, dalam pemberitaan terkait dengan Karhutla yang terjadi di Riau atau di Kalimantan.

Dalam beberapa postingan di medsos, minim sekali para netizen mengomentari suatu masalah dengan sebuah kritik yang membangun, atau paling tidak solusi untuk menuntaskan masalah itu. Bisa dilihat, kolom komentar justru dipenuhi oleh beragam kritikan carut dan ujaran kebencian yang seakan membuat masalah semakin rumit dan memburuk.

Begitulah kekuatan sebuah ujaran. Ujaran mampu menjadi ‘sosok malaikat’ penolong ketika bermuatan hal positif. Sebaliknya, ujaran juga mampu menjadi ‘momok setan’ yang terus membangun masalah hingga tampak memburuk ketika bermuatan hal negatif dan kebencian.

Karena itulah, jauh-jauh hari Al-Qur’an telah memberikan sirine kepada kita untuk memilah dan memilih kata dalam berujar. Al-Qur’an pun juga menghidangkan kepada kita untuk memilih, mana kata yang pantas untuk diucap, dan mana yang tidak. Berikut adalah hidangan yang Al-Qur’an berikan kepada kita untuk berucap yang positif.

Qaulan Ma’rufa

Secara bahasa, ma’rufa mempunyai makna baik, ungkapan yang santun dan berupa sindiran. Dalam al-Qur’an, kata tersebut diulang sebanyak tiga kali, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 235, dan An-Nisa’ ayat ke 5 dan 8. Mengutip dalam Tafsir Al-Mishbah jilid 2, disebutkan bahwa Qaulan Ma’rufan juga bisa berarti ucapan baik yang sesuai dengan budaya setempat. Mengenai ucapan ini dalam An-Nisa’, Al-Qur’an seakan memberikan pesan kepada kita untuk tidak mengingatkan seseorang secara terang-terangan. Tahu sendiri kan, bagaimana rasanya kita kalau diingatkan seseorang di depan umum?

Qaulan Sadidan

Secara bahasa, sadidan mempunyai makna meruntuhkan sesuatu, kemudian memperbaikinya. Kata ini juga diarahkan kepada sasaran. Artinya, seseorang yang menyampaikan sesuatu dengan tata cara dan tujuan yang tepat sasaran, dilukiskan dengan kata ini.

Dari kata sadidan yang diperoleh makna demikian, dapat diartikan bahwa seseorang yang menyampaikan ucapan yang meruntuhkan, disaat yang sama, dia harus memperbaikinya. Artinya, ketika seseorang menyampaikan suatu kritikan, hendaknya yang dia sampaikan adalah kritik yang membangun. Atau, informasi yang dia sampaikan haruslah informasi yang baik, dan mendidik.

Sedikitnya, al-Qur’an menyebutkan ucapan tersebut sebanyak dua kali. Dalam surat An-Nisa’ ayat kesembilan dan Al-Ahzab ayat Ketujuh puluh. Terkhusus dalam surat Al-Ahzab ayat 70, konteks qaul sadid ditujukan untuk orang-orang beriman. Dalam ayat tersebu, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk senantiasa berkata baik dan menyampampaikan perkataan yang sesuai dengan apa yang ia niatkan. Apabila mereka selalu mengucapkan kebenaran, Allah akan memperbaiki perbuatannya dan mengampuni dosa-dosanya.

Dengan perkataan yang tepat lagi baik, apa yang diucapkan dan didengar orang lain maupun yang tertulis yang terucapkan oleh diri sendiri maupun dibaca oleh orang lain, pada akhirnya akan tersebar kepada khalayak dan akan memberikan sebuah energy positif yang mempunyai pengaruh tak kecil untuk jiwa dan pikiran manusia.

Qaulan sadidan menurut pemaparan arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).

Qaulan Balighan

Dalam tata bahasa arab, semua kata yang berasal dari akar kata ba’, lam, dan ghain mempunyai makna sampainya sesuatu kepada suatu yang lain. Atau, kata ini juga mempunyai makna ‘cukup’ yang berarti sampainya sesuatu kepada batas yang telah ditentukan. Seorang yang pandai menyusun kata sehingga mampu menyampaikan pesannya dengan baik lagi cukup dinamai baligh. Mubaligh adalah orang yang menyampaikan suatu berita yang cukup kepada orang lain.

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan balighan artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikasi dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka. Penulis sedikitnya menemukan satu ayat dalam Al-Qur’an yang memuat frasa qaulan balighan tersebut, yakni dalam An-Nisa’ ayat ke 63 yang mempunyai arti,

Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”.

Mungkin, dari sini dulu penulis cukupkan untuk artikel pertama ini. Bukan tanpa sebab, deadline yang seharusnya adalah sehari yang lalu dan penulis baru menyelesaikannya hari ini. Bukan curhat, cuman mau berbagi kata aja. Sudah dulu…

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK