Ahad Legi Hari itu: Beragam Rezeki dan Sebuah Keyakinan

Ahad, Ahad Legi Hari itu: Beragam Rezeki dan Sebuah Keyakinan, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Alhamdulillah Mas, laris,” tutur Cak Ivan senang. Pedagang sempol yang rela berangkat dari Pasar Gadang itu mengaku, rela menyiapkan segala keperluan lapak dagangannya sejak setelah subuh untuk dibawa ke pasar Ahad Legi Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” (Pesantren Wisata) di hari itu (30/01/2022). 

Setelah lebih dari setahun tanpa keramaian pedagang dan jemaah luar pesantren, Ahad Legi tersebut seakan memberi perasaan nostalgia serta kebahagiaan bagi para santri serta berbagai pihak yang mengikutinya. “Acara Ahad Legi kali ini memang lebih menyenangkan dibanding acara bulan lalu yang tidak ada pasarnya,” tutur Khoiru Sabil, santri asal Blitar kelas 10 SMA.

Bertambahnya rezeki, hal itulah yang dirasakan banyak kalangan selama acara berlangsung. Mulai dari kegembiraan para santri, kala mendapati prosesi acara rutinan Ahad Legi dapat kembali berjalan seperti pada mestinya, sampai para pedagang yang berkesempatan kembali untuk mencari nafkah.

Selaras dengan banyaknya ragam rezeki yang di hari itu, rupanya KH. Fathul Bari S.S, M.Ag juga sedikit menyinggung mengenai cara memaslahatkan rezeki (terkhusus harta benda) bagi pemiliknya. “As-Shadaqatu tadfa`u  Al-bala` (bersedekah dapat menolak petaka),” ujar beliau dalam sambutannya.

Selain menerangkan materi tentang kebaikan bersedekah, Kiai Fathul juga tak luput untuk mengemas materi yang beliau sampaikan dengan sebuah cerita. Menukil dari kitab Tanqihu Al-Qaul karya Syekh Nawawi Al-Bantani, beliau mengambil suatu kisah yang terjadi di zaman salah satu rasul bergelar Ulul Azmi: Nabi Musa.

Kisah Unik Sang Pemuda dan Seekor Merpati

Dalam sambutan tersebut, beliau menceritakan tentang kondisi seekor Merpati malang pada zaman Nabi Sulaiman As. Kenyataannya, setiap kali merpati itu menetaskan anaknya, maka tak lama kemudian, anak-anak merpati yang baru menetas tersebut akan selalu diambil seorang pemuda untuk diberikan kepada istrinya yang lagi ngidam.

Karena tak terima, seekor merpati itu pun mengadukan kejadian itu kepada Nabi Sulaiman. Setelah itu, seketika Nabi Sulaiman pun segera mencari pemuda tersebut lalu menasihatinya. Alhasil, pemuda tersebut pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Selepas menerima nasehat, pemuda pengambil anak merpati itu pun tak lagi mengulangi perbuatan yang sama kembali. Akan tetapi, kepatuhan terhadap nasihat itu hanya terjadi dalam kurun waktu yang dekat. Setelah waktu berselang rada lama, pemuda itu pun berulah kembali, sementara beberapa saat kemudian, Nabi Sulaiman pun mendengar pengaduan dari merpati untuk kedua kalinya. 

Menerima keluh kesah dari si Merpati kembali, akhirnya Nabi Sulaiman mengutus dua jin untuk menjaga pohon yang dihinggapi oleh merpati tersebut. Kemudian kedua jin tersebut agar menarik pemuda itu jika ia memanjat pohon si Merpati itu kembali dan mengambil anaknya.

Benar saja, ketika pemuda tersebut memanjat pohon sarang merpati itu lagi, ada kejadian yang terkesan untuk mencegahnya mengambil anak merpati kembali. Dari bawah pohon, ada seorang pengemis yang meminta sedekah kepadanya. 

Menanggapi hal itu, pemuda tersebut segera turun dari pohon dan bersedekah kepada si pengemis. Uniknya, ia pun tiba-tiba pergi meninggalkan pohon tersebut bahkan sebelum kedua jin di pohon tersebut  berbuat sesuatu kepadanya.   

Keesokan harinya, merpati tersebut datang kembali kepada Nabi Sulaiman. Beliau yang mendapati kabar terbaru dari Merpati itu, seketika langsung bertanya kepada jin yang telah ia utus. Mendengar pertanyaan dari Nabi Sulaiman, mereka pun menjawab bahwa sebelum mereka sempat menjatuhkan pemuda itu, mereka mendengar Allah yang mengutus dua malaikat untuk melempar kedua jin tersebut. Titik inti cerita pada Ahad Legi itu, bersedekah dapat menolak sebuah petaka. 

Kiai Mujayyid dalam Ahad Legi: Kuncinya Cuma Satu

Berseberangan dengan pembahasan pengasuh An-Nur II, KH. Prof. Dr. Ahmad Mujayyid dalam tausiahnya beliau menerangkan, bahwa fadilah sedekah yang dapat menolak petaka tersebut tidak akan muncul apabila seseorang tidak meyakininya. Di segmen tausiahnya itu, beliau menjelaskan, bahwa kuncinya ada pada sebuah keyakinan.

Selain itu, beliau juga bernasihat kepada para jemaah yang hadir, agar senantiasa menanamkan keyakinan bahwa Allah itu Zat yang Mahabesar. Dan Ia hanya akan menurunkan ujian sesuai dengan kemampuan para hambanya.

Maka dari itu, Kiai Mujayyid juga mengucapkan sebuah nukilan dari  surah Yusuf di Al-Quran mengenai kesabaran akan ujian dari Allah SWT, “Wa la Tayasu min rauhillah (Jangan kamu putus asa dari rahmat Allah).”

Di akhir tausiyahnya, beliau menjelaskan kepada para jemaah tentang sebuah pengibaratan seorang pedagang. Kiai Mujayyid mengatakan bahwa kalau ada seorang pedagang yang mendapati dagangannya tidak laku-laku, maka itulah bentuk cobaan dari Allah, ia pun harus merasa yakin untuk dapat melewatinya—dagangannya akan laku esok hari. “Yakinlah!” tegas beliau.  

Selang beberapa waktu, setelah usai Kiai Mujayyid usai menyampaikan tausiahnya, acara pengajian rutinan berprotokol kesehatan itupun ditutup dengan doa dari masyayikh An-Nur II. “Acara dan pasar Ahad Legi kali ini tetap saja menarik,” tutur Asyari, santri kelas 12 SMA.

(Ryan Winawan/ Mediatech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK