Habib Tohir: Kunjungan Guru-Mertua Habib Umar di An-nur II

habib tohir, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

“Pelajar itu seperti Aqmar.” Sebut Habib Tohir bin Abdullah bin Muhammad Al-Haddad, seorang ulama Yaman saat berkunjung ke Pesantren Wisata An-Nur II, Jum’at malam, (25/01).

Di hadapan para santri, guru sekaligus mertua dari Habib Umar bin Hafidz itu, mengiaskan pelajar adalah Aqmar atau purnama.  Karenanya pencari ilmu dan ilmu adalah cahaya. Dalam belajar, utamanya Al-Quran, harus disertai dengan bacaan fatihah. “Sebab, dengan membaca surat Fatihah, ilmu akan terus bertambah. Begitu juga akan mudah faham mendalami suatu ilmu”. Ujar Habib yang mudah akrab dalam berbincang ini.

Dalam belajar Al-Quran, lanjut beliau di hadapan santri Asrama Bahasa, tidak diperkenankan untuk diterjemah. “Yang boleh diterjemah itu tafsirnya. Bukan ayat Al-Quran.” Sebab sebagian ayat Al-Quran mengandung dua kalimat perintah, dua larangan, dua berita (buruk) dan dua bisyaroh (berita baik). Dan dalam mempelajari Al-Quran, sejatinya juga harus mengerti bahasanya, yakni bahasa Arab. “Karena banyak di negeri Arab sana orang membaca Al-Quran namun tidak faham maksudnya,” tutur beliau.

Sedangkan dalam mencari ilmu, pelajar tidak seharusnya memilah guru berdasarkan aib-nya. Sebab, semua manusia identik dengan salah dan benar kecuali Nabi Muhammad. Pelajar tidak akan pernah belajar saat menginginkan guru yang sempurna.

Pelajar memiliki keistimewaan di atas manusia lain. Seperti halnya purnama di antara bintang. Keistimewaan itu seperti, terang wajahnya di antara manusia. Serta dianggap hidup meski telah berpulang. Maksudnya, orang berilmu tetap dikenang seusai hidupnya karena memiliki pengaruh luar biasa di tengah masyarakat. Imam Abu Hamid Al-Ghozali misalnya, tetap dikenal dan dihormati melalui karya-karyanya.

Untuk itu, pelajar adalah orang terbaik di dunia. Tinta yang digunakan menulis ibarat darah syahid. Keduanya sama-sama berkorban dan berjuang.

Anjuran untuk pelajar, pesan Habib Tohir saat ditemui Media Tech An-Nur II, bahwa mencari ilmu harus berani menjauhi maksiat. Harus senantiasa Muroqobah (mawas diri) dan sabar dari menjauhi maksiat. Karena “Allah menganggap manusia yang menjauhi syahwat-nya sebagian dari malaikat. Pelajar juga harus waspada terhadap rayu setan. Setan rupa Manusia lebih buruk dari setan rupa Jin”. Tuturnya di akhir nasihat sebelum ziarah ke makam pendiri, Almaghfurlah KH. M. Badruddin Anwar.

(Elham/Media-Tech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK