SHALAWAT ITU DAHSYAT

dahsyatnya sholawat, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda:

أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً

“Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” [HR. Tirmidzi]

 

Catatan Alvers

 

Hadits ini memotivasi kita untuk memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW supaya kita mendapatkan kemuliaan hari kiamat kelak (akhirat). Al-Mubarakfuri menafsiri kata “Awlan-nas” pada hadits tersebut dengan “orang yang paling berhak mendapatkan syafa’at” [Tuffatul Ahwadzi]

 

Hadits serupa diriwayatkan dari Anas bin Malik ;Pembantu Nabi SAW , Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَقْرَبَكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي كُلِّ مَوْطِنٍ أَكْثَرُكُمْ عَلَيَّ صَلَاةً فِي الدُّنْيَا مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْجُمُعَةِ، قَضَى اللهُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ، سَبْعِينَ مِنْ حَوَائِجِ الْآخِرَةِ، وَثَلَاثِينَ مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا، ثُمَّ يُوَكِّلُ اللهُ بِذَلِكَ مَلَكًا يُدْخِلُهُ فِي قَبْرِهِ كَمَا يُدْخِلُ عَلَيْكُمُ الْهَدَايَا، يُخْبِرُنِي مَنْ صَلَّى عَلَيَّ بِاسْمِهِ وَنَسَبِهِ إِلَى عَشِيرَتِهِ فَأُثْبِتُهُ عِنْدِي فِي صَحِيفَةٍ بَيْضَاءَ “

“Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku di hari kiamat di setiap tempat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku di dunia. Barang siapa  bershalawat kepadaku di hari jumat dan malam jumat maka Allah akan memenuhi 100 hajatnya; 70 hajat akhirat dan 30 hajat dunia kemudian Allah menyerahkannya kepada malaikat untuk mengantarkan dalam kuburnya layaknya  mengantarkan hadiah. Malaikat memberitahuku nama, nasab bahkan keluarganya dari siapa saja yang bershalawat kepadaku kemudian aku tetapkan catatan di atas kertas putih yang ada padaku” [HR Baihaqi]

 

Maka dari itu Alvers perbanyaklah membaca shalawat. Terdapat sebuah keterangan menarik ketika ditanya, Lebih utama mana Al-Qur’an ataukah shalawat? seorang ulama menjawab : “Jika yang kau tanyakan perbandingan mana yang lebih baik Al-Qur’an ataukah shalawat maka jawabannya pastilah Al-Qur’an lebih baik karena ia adalah kalamullah. Akan tetapi jika kau bertanya lebih baik mana kau menyibukkan diri untuk membaca al-Quran ataukah membaca shalawat?” Maka jawabannya :

«الاشتغال بالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم له من الفضل ما لا يكون مترتبًا على تلاوة القرآن؛ وذلك أنك إذا قرأت القرآن فلك بكل حرف عشر حسنات، أما الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فإنك إن صليت عليه مرة صلى الله عليك بها عشرًا، وصلاة واحدة من الله تعدل كل الثواب

“Menyibukkan diri untuk membaca shalawat Nabi SAW memiliki keutamaan yang tidak didapat dengan membaca al-Quran. Hal itu dikarenakan jika engkau membaca al-Quran maka kau akan mendapat 10 kebaikan dari setiap huruf yang kau baca. Adapun jika engkau membaca shalawat Nabi SAW sekali saja maka Allah akan bershalwat untukmu 10 kali sedangkan shalawat satu kali saja dari Allah akan membandingi semua balasan pahala.”

 

Lalu ia melanjutkan : “Pembacaan shalawat akan diterima walau dari orang fasiq (banyak melakukan maksiat) sedangkan membaca al-Qur’an maka betapa banyak orang yang membaca al-Quran namun al-Quran justru melaknatnya (pembacanya).”

 

Membaca shalawat akan menjadikan kita alvers terlepas dari dosa. Diriwayatkan dari Thufayl bin Ubay bin Ka’b dari ayahnya bahwasannya Rasul SAW tatkala melewati dua pertiga maka beliau berdiri dan berkata :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ

“Wahai sekalian manusia, berdzikirlah kepada Allah, Sungguh akan datang tiupan sangkakala pertama yang menggoncang alam yang diiringi oleh tiupan kedua. Sungguh akan datang kematian dengan segala resiko di dalamnya, Sungguh akan datang kematian dengan segala resiko di dalamnya.”

 

Mendengar hal ini, (Sayyidul Qurra’) Ubay bin ka’b (bin Qays Al-Anshari) RA bertanya kepada Rasul saw :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي

“Ya Rasulullah, aku banyak membaca shalawat untukmu. Maka berapa bagiankah aku pergunakan waktuku untuk shalawat itu ?”

Nabi menjawab: “Terserah kamu!”.

Ubay berkata : “Bagaimana kalau seperempatnya’?”

Nabi menjawab:

مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ

“Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik bagimu!”.

Ubay berkata : “Bagaimana kalau separuhnya’?”

Nabi menjawab: “Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik baik bagimu!”.

Ubay berkata : “Bagaimana kalau dua pertiganya’?”

Nabi menjawab: “Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik baik bagimu!”.

Ubay berkata : “Bagaimana kalau semuanya kujadikan shalawat untukmu’?”

Nabi menjawab:

إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

“Kalau demikian maka kau akan dicukupi “hammak” (segala urusanmu) dan diampuni dosamu!” [HR Turmudzi].

 

Abul ‘Ala Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri (W. 1353 H) mengatakan bahwa kata “hammak” dibaca nashab karena menjadi Maf’ul kedua dari kata “tukfa” lalu beliau menjelaskan arti “Hammak”:

وَالْهَمُّ مَا يَقْصِدُهُ الْإِنْسَانُ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، يَعْنِي إِذَا صَرَفْت جَمِيعَ أَزْمَانِ دُعَائِك فِي الصَّلَاةِ عَلَيَّ أُعْطِيت مَرَامَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Hamm” adalah segala sesuatu yang dicari manusia baik urusan dunia maupun akhirat. Maksudnya Jika kau menghabiskan waktu doamu dengan membaca shalawat  maka kau akan diberikan semua keinginan (hajat) dunia dan akhirat. [Tuhfatul Ahwadzi]

 

Suatu kejadian berikut alvers semakin menambah motivasi kita. Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandy meriwayatkan dalam kitabnya, Suatu ketika Sufyan ats-Tsauri (96 H – 161 H) melaksanakan thawaf dengan mengelilingi ka’bah. Saat itu ia melihat seseorang yang setiap langkahnya senantiasa membaca shalawat. Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah meninggalkan tasbih dan tahlil, dan engkau hanya membaca shalawat atas Nabi. Kenapa engkau melakukan hal itu?” Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu.” Sufyan menjawab: “Aku adalah sufyan ats-tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya aku tidak akan memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku”.

Kemudian orang itu berkata kepada sufyan:
خرجت ووالدي حاجا إلى بيت اللَّه الحرام حتى إذا كنت في بعض المنازل مرض والدي فقمت لأعالجه فبينما أنا ذات ليلة عند رأسه إذ مات والدي اسود وجهه، فقلت إنا لله وإنا إليه راجعون فجذبت الإزار على وجهه فغطيته،

“sewaktu aku  mengerjakan haji bersama ayahku, tepatnya berada di pemondokan ayahku sakit dan mengobatinya dan pada suatu malam ketika aku berada di dekat kepala ayahku tiba-tiba ia meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu aku ucapkan “innalillah wa inna ilahi rajiun” dan aku menutup mukanya dengan kain”.

Kemudian aku tertidur dan bermimpi, dimana aku melihat ada orang yang sangat tampan yang tidak pernah aku melihat orang setampan dia, dengan mengenakan pakaian yang sangat bersih dan aroma semerbak harum mewangi. Dia melangkahkan kakinya mendekati jenazah ayahku, lalu membuka penutup wajah ayahku dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih. Lalu orang tadi beranjak pergi, dan langsung aku pegang pakaiannya sambil aku bertanya:

“wahai hamba Allah siapakah engkau ini sehingga sebab lantaranmu, Allah memberikan anugerah kepada ayahku (menjadikan wajah ayahku kembali putih) di tempat yang istimewa ini?”

Orang itu menjawab:

أو ما تعرفني أنا محمد بن عبد اللَّه صاحب القرآن، أما إن والدك كان مسرفا على نفسه ولكن كان يكثر الصلاة عليّ فلما نزل به ما نزل استغاث بي وأنا غياث لمن أكثر الصلاة عليّ

“Apakah kamu tidak mengenaliku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah yang membawa al-Quran. Ketahuilah, Ayahmu itu termasuk orang yang melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku. Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku, maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”.

“Akupun terbangun dari tidur, dan aku lihat muka ayahku berubah menjadi putih.” [Tanbihun Ghafilin]

 

Namun yang menjadi catatan alvers yang tidak boleh terlupakan atau disalah pahami, bahwa memperbanyak shalawat itu artinya kita menggabungkan antara membaca al-Quran dan shalawat bukan kemudian menjadi pembenaran seseorang tidak lagi membaca Al-Quran yang itu adalah sebaik-baik dzikir.

 

Wallahu A’lam.

Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk memperbanyak shalawat dan memperbanyak juga bacaan Al-Quran serta amal shalih yang lain sehingga dengan demikian kita bershalawat qawlan wa fi’lan dengan hati, lisan dan perbuatan.

 

Salam Satu Hadith,

DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind

PP Annur2.net Malang Indonesia

ONE DAY ONE HADITH

Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)

 

Dapatkan BUKU ONE DAY#1#2 harga Promo , Layanan Pesan Antar Hub: 081216742626

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK