Sempet Gak Sempet Kudu Dugi

sempet gak sempet kudu dugi, Sempet Gak Sempet Kudu Dugi, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Pritt pritt..pritt

 

Beberapa Banser yang dibantu santri senior mengatur lalu lalang ribuan kendaraan yang memasuki kawasan Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo. Mereka berbondong-bondong untuk mengikuti pengajian rutin “Ahad Legi”. Ada yang menaiki sepeda motor, mobil, naik angkutan umum, bahkan ada juga beberapa jama’ah yang saking inginnya mengikuti pengajian ini, mereka datang dengan menyater (menyewa) angkot.

 

 

“Ahad Legi sempet gak sempet kudu dugi”, ujar Dr. KH. Fathul Bari menyampaikan dawuh Almaghfulah KH M Badruddin Anwar tentang pengajian ini di awal awal sambutannya, Ahad (19/8). Nampaknya, pesan dari Almaghfurlah itulah yang selalu ingin dijalankan oleh para alumni dan jamaah.

 

 

*Tafsiran Ahad Legi

 

 

Almaghfurlah KH M Badruddin Anwar yang mendirikan pengajian ini, sengaja memilih hari Ahad (Minggu). Dikarenakan pada hari itu kebanyakan masyarakat menjalani hari libur kerja dan sekolah. Sehingga memungkinkan mereka untuk hadir dalam pengajian ini.

 

 

Legi juga merupakan penanggalan yang baik menurut orang Jawa. Kemerdekaan bangsa yang kita peringati dua hari yang lalu ini juga jatuh pada pasaran Legi. Kala itu, cerita KH Fathul, Soekarni bersama para pemuda Menteng menculik Soekarno. Mereka memaksa Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan saat itu juga, tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Soekarno tetap bersikukuh akan memproklamirkan kemerdekaan pada esok harinnya, Jum’at Legi 17 Agustus 1945.

 

 

Bukannya tanpa alasan, 17 Ramadhan adalah tangal turunnya Al-Qur’an. Selain itu, angka 17 menunjukkan banyaknya raka’at sholat dalam sehari semalam. “Hal-hal tersebut tidak akan diketahui jika ia bukan santri. Saya yakin bahwa beliau adalah seorang santri, seseorang yang juga dekat dengan ulama”, ujar beliau.

 

 

Lebih lanjut lagi, terang beliau, negara ini didirikan oleh para kiai dan santri. Kemerdekaan ini tidak didapat dengan cuma-cuma, melainkan dengan tetesan keringat dan air mata para pejuang terdahulu. “Oleh karena itu, setiap pondok pesantren dengan bangganya menggelar upacara. Bahkan, An-Nur II menggelar upacara sebanyak 2 kali, tanggal 17 dan 18. Oleh karenannya, tidak usah ditanyakan lagi kecintaannya”, imbuh beliau dengan candaannya.

 

 

*Kemuliaan Ganda

 

 

Saat ini kita juga telah memasuki hari-hari yang mulia, bulan Dzulhijjah sebagai asyhurul hurum. Pada 10 hari pertama bulan tersebut, termasuk hari ini adalah hari yang sangat diagungkan, hal tersebut tampak dalam surat Al-Fajr ayat 2 yang artinya, “Demi 10 malam”.

 

 

10 malam yang dimaksud dalam ayat ini adalah 10 malam pertama bulan Dzulhijjah. “Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah, melebihi amalan yang dilakukakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Maka dari itu, datang Ahad Legi yang sekarang beda dengan Ahad Legi yang lalu”, imbuh beliau menukil hadist Nabi.

 

 

Selain itu, besok kita juga memasuki hari tarwiyah. Tarwiyah artinya berfikir. Ibnu Katsir menafsirkan arti dari Tarwiyah pada 3 kejadian. Pertama, ketika Nabi Adam diperintah Allah untuk membangun baitullah. Beliau berfikir, adakah balasan dari amal perbuatannya itu?

 

 

Kedua, ketika Nabi Ibrahim diilhami Allah untuk menyembelih putrannya, Ismail. Nabi Ibrahim berfikir, Allah ataukah setan yang mengilhaminnya? Dan yang terakhir adalah pertanyaan orang-orang yang sedang melaksanakan haji. Hari Tarwiyah adalah hari sebelum melakukan Wukuf di Arafah.  Dan inti dari ibadah haji adalah wukuf. Hal ini sesuai dari hadist nabi, alhajju a’rafah. Wukuf menjadi salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa. Saat tanggal itulah para jamaah haji berfikir, doa apa yang ingin dipanjatkan esok harinya.

 

 

“Terakhir, mari kita doakan saudara kita yang akan menjalankan ibadah haji. Lantaran kita mendoakan orang yang haji, semoga kita disegerakan untuk dapat berhaji”, pungkas beliau.

 

(Bi’i)

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK