Secuil Do’a Wisudawan STIKK

Secuil do'a wisudawan, Secuil Do’a Wisudawan STIKK, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

STIKK An Nur II Al Murtadlo

 

Aula Ya Kowi penuh dengan puluhan mahasiswa STIKK An-Nur II yang siap untuk diwisuda, hari ini, Kamis (10/05). Pelaksanaan Wisuda dan Iktitamu Ad-Darsi Sekolah Tinggi Ilmu Kitab Kuning An-Nur II (STIKK An-Nur II) ini merupakan langkah awal bagi para wisudawan yang akan dilantik menjadi kepala kamar nantinya.

 

Di hadapan dosen, santri, dan wali santri yang hadir, sebanyak 38 mahasiswa STIKK D2 diwisuda oleh Pengasuh sekaligus Rektor STIKK An-Nur II, Dr. KH. Fathul Bari, M.Ag bersama Ust Jazim Ahmadi, selaku wali kelas STIKK D2. Hadir pula dalam acara ini, Ibu Nyai Hj Badi’atus Sholihah, Nyai Hj Latifah, KH   Syamsul Arifin, Kiai Ahmad Zainuddin, Kiai Husni Mubarok, beserta jajaran majelis keluarga yang lain dan para kepala kamar.

 

Ijazahan, Sebuah Budaya Pesantren

 

Sebelum penyematan tanda wisuda tersebut dilakukan, Kepala Madrasiyah KH Ahmad Damhuji memberikan sebuah ijazah kitab Alfiyah ibnu Malik, dan Fathul Mu’in kepada para wisudawan. Dimana ijzahan ini merupakan budaya lama pesantren yang sampai sekarang terus dilestarikan. Tujuannya tidak lain adalah tersambungnya sanad keilmuan santri kepada guru-gurunya.

 

“Saya dulu mengaji kitab Alfiyah kepada KH Cholil Nawawie (Sidogiri) dan KH Nurul Huda Djazuli (Ploso). Sedangkan kitab Fathul Mu’in saya mengaji kepada KH. M. Bakir di Sidogiri yang saat itu diasuh KH. Cholil Nawawie. Atas nama Beliau Almaghfurlah KH. M. Badruddin Anwar, saya ijazahkan kitab ini kepada para mahasiswa STIKK yang telah mengkhatamkannya”, ujar Beliau yang disambut “Qabiltu” oleh wisudawan dengan serentak.

 

Sebagai pemantapan, KH. Damhuji juga menguji para mahasiswa itu dengan beberapa pertanyaan seputar ilmu gramatikal Bahasa Arab. Pertanyaan tersebut berhasil dijawab dengan baik, termasuk diantarannya Zudan Hanifi yang dinobatkan menjadi wisudawan terbaik.

 

Dalam demonstrasi baca kitab, para mahasiswa yang tampil dapat membuat decak kagum para hadirin. Ust Rowi mengatakan, “Saat ini, banyak orang yang alim namun tidak dapat memahami kitab kuning. Jarang ada orang yang seperti kalian (para wisudawan) yang dapat menguasai bidang keilmuan beserta kaidahnya”, kagum beliau.

 

Wisudawan, Calon Ujung Tombak Negri

 

Pada sambutannya, Kiai Ahmad Zainuddin sedikit menyinggung tentang kejadian yang saat ini ramai diperbincangkan, salah satunya serangan teror di Mako Brimob. “ Kejadian Mako Brimob  adalah serangan teror yang dilancarkan teroris. Mereka adalah orang yang sangat kuat memgang pemahaman  yang mereka yakini benar. Padahal apa yang mereka yakini adalah salah”, ujar Kiai Zainuddin.

 

Kiai Zainuddin menjelaskan, hal ini dapat terjadi karena mereka salah persepsi tentang makna dari kata jihad. “ Sudah dijelaskan dalam kitab Fathul Muin, tujuan dari jihad adalah menegakkan kalimat Allah, dan  memberikan hidayah kepada orang lain. Selama dakwah masih dapat dijalankan dengan perdamaian, mengapa malah memilih jalan kekerasan. Mereka beranggapan seperti ini karena kurangnya pemahaman mereka” jelas beliau.

 

Dari paparan ini, maka beruntunglah para mahasisiwa STIKK yang dapat belajar dan memahami keilmuan islam secara mendalam. “Sehingga, para wisudawan itu nantinya akan menjadi orang-orang yang bermanfaat di masyarakat dan dapat menjadi ujung tombak negaranya”, imbuhnya.

 

Ilmu Tak Cukup Hanya Belajar

Di sisi yang lain, KH. Fathul Bari menambahi, sebab terjadinya kejadian tersebut karena adannya perbedaan antara pendidikan pesantren dan non pesantren. “Allah memerintahkan pertama kali kepada kita untuk membaca (belajar), yang tertuang dalam firmannya, iqra’!” ujar beliau.

 

Namun beliau juga menambahi bahwasanya Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk mencari ilmu saja. Melainkan juga bismi rabbika alladzi kholaq, yaitu berdoa kepadanya. Artinya, selain belajar, seorang santri juga harus menyertainya dengan doa dan riyadloh. “Ini lah yang membuat berbeda antara yang santri dan yang bukan santri”, terang beliau.

 

Secuil Do’a dari Wisudawan

 

Oleh karenanya, dengan banyaknya pengetahuan dan ilmu yang telah diterima, Ahmad Masruhin, perwakilan wisudawan dalam sambutannya menyampaikan maaf dan beribu terima kasih kepada semua pengajar. “Kami meminta doa, semoga kami semua dapat mengamalkan ilmu yang telah kami dapatkan, dapat mempertahankan kebenaran yang selama ini kami jalankan. Tetap mengahalalkan apa yang sudah menjadi halal, dan mengaharamkan yang haram, karena tanpa do’a itu niscaya kami hanya akan menjadi seperti hewan yang lepas dari talinya”, pungkasnya.

 

Pewarta : Robby Bagus

Editor     : M Fajar Izzul Haq

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK