Salah Tawakkal

Salah Tawakkal, Salah Tawakkal, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Umar bin Khatthab RA, Rasul SAW bersabda :

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, Niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung yang mana pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Dahulu kala, ada segolongan Orang dari yaman pergi ke mekkah untuk menunaikan ibadah haji namun mereka tidak membawa perbekalan dengan beralasan :

نَحْنُ مُتَوَكِّلُوْنَ

“Kami adalah orang-orang yang bertawakkal!”

Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka meminta-minta kepada orang lain. Perilaku tawakkal seperti ini adalah keliru sehingga diluruskan oleh Allah SWT dengan menurunkan firman-Nya:

 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

 

“…Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal”. [QS Al Baqarah : 197]

Kisah ini disampaikan oleh Ibnu Abbas RA [HR Baihaqi]

 

Imam Ahmad berkata : “hal ini menegaskan bahwa Allah swt memerintahkan orang yang hendak bepergian ke rumah Allah agar menyiapkan bekal. Dan firman Allah swt : bekal terbaik adalah takwa maksudnya bekal terbaik adalah segala sesuatu yang berfaidah bagi pemiliknya dengan (menambah) ketaqwaannya.” [Syu’ab al-Iman]. Lebih Jelas taqwa yang dimaksudkan sebagai bekal terbaik adalah :

ما يُتَّقى به سؤال الناس وغيره

“Sesuatu (materi) yang bisa melindungi pemilik bekal tersebut dari meminta-minta dan dari perkara (jelek) lainnya. Seperti ghasab dan mencuri” [Tafsir Jalalain]

 

Al-Hulaimi Rahimahullah berkata: “Maka yang dianjurkan (Mustahab) adalah menyiapkan bekal atau jika belum ada bekal maka seseorang duduk (tidak bepergian) sampai bekalnya ada atau siap” [Syu’ab al-Iman].

 

Muqatil bin Hayyan berkata : “Tatkala turun ayat [QS Al Baqarah : 197] maka berdirilah seseorang dari kaum fakir muslimin ia berkata : Wahai Rasulullah, Kami tidaklah memiliki materi untuk dijadikan bekal!.” Maka Rasul SAW bersabda:

“تزود ما تكف به وجهك عن الناس، وخير ما تزودتم التقوى”.

“Berbekallah dengan materi yang mencukupimu dari meminta-mita kepada orang lain dan sebaik-baik perbekalan adalah taqwa.” [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Keutamaan tawakkal dijelaskan oleh Nabi SAW dalam hadits utama di atas dan juga dijelaskan oleh Allah swt :

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” [QS ath-Thalaq:2-3]

 

Ketika Nabi SAW membacakan ayat ini kepada Abu Dzar RA dan Maka beliau bersabda kepadanya :

لو أن الناس كلهم أخذوا بها كفتهم

“Seandainya seluruh manusia mengambil ayat ini, maka ayat ini cukup bagi mereka.” [ Tafsir Ibni Katsir]

 

Tawakkal secara  etimologi berasal dari bahasa arab, tawakkul yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Selanjutnya  Al-Jurjani mendefinisikan tawakkal sebagai

التوكل هو الثقة بما عند اللّه، واليأس عما في أيدي الناس

“percaya penuh kepada apa yang ada di sisi Allah dan putus asa (tidak mengharap) apa yang ada di sisi manusia” [At-Ta’rifat]

Sedangkan ibnu Rajab berkata : Tawakkal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menolak bahaya baik dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. [Al-Ulum Wa Al-Hikam]

 

Tawakkal itu tidak menafikan ikhtiyar (usaha) karena itu Allah meluruskan kekeliruan anggapan orang-orang yaman yang hendak berhaji tanpa membawa bekal sebagaimana riwayat di atas. Hal yang sama pula adalah orang yang enggan berusaha dan bekerja, tetapi hanya menunggu. Orang semacam ini mempunyai pemikiran, tidak perlu bekerja, jika Allah menghendaki menjadi orang kaya tentulah kaya. Sayyidina Umar berkata :

لا يقعد أحدكم عن طلب الرزق يقول اللهم ارزقني، فقد علمتم أن السماء لا تمطر ذهبا ولا فضة

Janganlah seseorang diantara kalian duduk (tidak mau bekerja) mencari rizki dan berdoa “Ya Allah, berilah rizki untukku. Karena kalian sendiri telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan berupa emas maupun perak” [Ihya’ Ulumuddin]

 

Hal itu sama saja dengan orang yang sedang lapar perutnya, sekalipun ada berbagai makanan, namun ia berpikir bahwa jika Allah menghendaki ia kenyang, tentulah kenyang sehingga tidak menggerakkan tangannya untuk mengambil makanan yang ada di hadapannya. Inilah yang namanya salah tawakkal (tawakkal yang salah).

 

Sekali lagi, Tawakkal itu tidak menafikan ikhtiyar (usaha). Di zaman Rasul SAW terdapat seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW. ‘Wahai Rasulullah SAW, aku ikat untaku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal?’ Rasul SAW menjawab:

اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

“Ikatlah untamu dan (setelah itu) bertawakkallah.” [HR Turmudzi]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjauhkan kita dari pemahaman yang salah dalam mengamalkan agama dan Allah terus memberi hidayah kepada kita semua.

 

Salam Satu Hadits,

DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jawa Timur Indonesia

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK