Rahmat Allah

Rahmat Allah, Rahmat Allah, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo
“Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, tengah-tengahnya adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

PASAR WAQIAH

Selama awal sepuluh hari bulan Ramadhan ini,  banyak sekali rintangan dalam berpuasa yang harus kita jaga dengan baik. Di antaranya seperti menahan lapar, haus, sampai menahan hawa nafsu. Namun, dalam susah payah yang kita alami semala awal sepuluh hari pertama ini Allah Swt. dengan belas kasihnya sedang menurunkan rahmat kepada hamba-hambanya. Seperti yang telah disabdakan Rasulullah Saw.:


أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَان رَحْمَة وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَة وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّار


“Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, tengah-tengahnya adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.”

*Tentang Rahmat Allah SWT*

Diceritakan dalam hadis riwayat Imam Bukhori dalam kitab Sahihnya. Terdapat para tawanan yang sedang didatangkan kepada Nabi Saw. di antara mereka didapati sosok laki-laki, perempuan, dan juga anak-anak kecil. Tiba-tiba terlihat seorang perempuan yang sangat penyayang dan memiliki belas kasih kepada anak kecil. Bahkan, apabila ia mendapati ada seorang bayi dalam tawanan tersebut, ia akan segera mengambil dan menyusuinya.

Melihat kejadian tersebut, kemudian Nabi bertanya kepada para sahabat, “Apakah kamu mengira wanita ini akan melemparkan anaknya ke api?” dan sahabat menjawab, “Tidak, dia tidak akan sanggup untuk melemparkannya.” Maka Rasulullah Saw. bersabda:

اللهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَ

“Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.”

Meski begitu, dari besarnya rahmat yang dimiliki Allah, hanya satu persen yang dikeluarkan. Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan 100 rahmat. Kemudian Dia menahan 99 rahmat disisi-Nya dan melepaskan untuk seluruh makhluk-Nya hanya dengan satu rahmat.”

Atas kebesaran nikmat Allah Swt. tersebut Rasulullah bersabda:

فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ

“Jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah Swt., maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga. Dan Jika seorang yang beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah Swt., maka dia tidak akan merasa aman dari neraka.”

Dikisahkan, suatu saat Nabi duduk bersama dengan para sahabat. Kemudian datanglah seorang utusan yang mengatakan bahwa cucu Nabi telah meninggal. Setelah mendengar perkataan tersebut, Nabi Saw. segera berangkat dengan para sahabat menuju rumah putrinya.

Setiba Nabi di rumah putrinya, bayi tersebut kemudian diserahkan kepada Nabi Saw. dan hati Beliau tampak berguncang (karena bersedih). Maka mengalirlah air mata Beliau. Sa’ad lalu berkata “Wahai Rasulullah, mengapakah engkau menangis?” Beliau menjawab “Inilah rahmat yang Allah berikan kepada hati hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah akan merahmati di antara mereka yang saling berkasih sayang.”

Dalam kisah lain, menurut riwayat Imam Ahmad, Nabi Saw. tengah duduk memangku cucunya, Hasan bin Ali. Saat itu, terdapat Aqra’ ibn Habis At Tamimi sedang duduk disamping beliau. Dia lalu berkata, “Saya punya sepuluh orang anak dan tidak pernah satupun dari mereka yang saya cium.” kemudian Rasulullah Saw. memandangnya dan berkata :

مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ

“Siapa yang tidak memiliki sifat kasih sayang, niscaya tidak tidak akan memperoleh rahmat Allah.”

*Rahmat berupa Nikmat*

Dalam hadis riwayat Imam Al-Hakim, dari sahabat Jabir bin Abdillah Ra., menceritakan: Rasulullah Saw. bercerita telah didatangi oleh malaikat Jibril. Kemudian beliau berkata:

إِنَّ لِلَّهِ عَبْدًا مِنْ عِبَادِهِ عَبَدَ اللَّهَ خَمْسَ مِائَةِ سَنَةٍ عَلَى رَأْسِ جَبَلٍ فِي الْبَحْرِ عَرْضُهُ وَطُولُهُ ثَلاثُونَ ذِرَاعًا فِي ثَلاثِينَ ذِرَاعًا

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki seorang hamba dari hamba-hamba-Nya yang lain. Hamba tersebut telah beribadah kepada Allah selama lima ratus tahun di puncak sebuah gunung, di sebuah pulau yang dikelilingi dengan lautan yang lebar dan tinggi gunung 30 dzira’.”

Dalam kisah ini diceritakan bahwa di puncak gunung tersebut terdapat sebuah mata air selebar beberapa jari. Dari mata air tersebut mengalir air yang segar dan berkumpul di sebuah telaga di kaki gunung. Di sana juga terdapat pohon-pohon delima yang berbuah setiap hari nya sebagai bekal hamba tersebut beribadah kepada Allah Swt. Dan setiap sore, hamba tersebut turun menuju telaga untuk mengambil air wudlu, sekaligus memetik buah delima. Setelah memakan buah delima, baru kemudian ia kembali ke puncak gunung untuk mengerjakan salat.

Seusai salat, hamba tersebut berdoa kepada Allah Swt. supaya kelak ketika ajalnya tiba, nyawanya dicabut dalam keadaan bersujud dan jasadnya tidak rusak ditelan bumi. Setelah hamba tersebut wafat, malaikat Jibril datang kepada hamba tersebut dan berkata bahwa Allah telah mengabulkan doa sang hamba.

Namun, tak disangka, pada hari kebangkitan, hamba tersebut dihadapkan kepada Allah. Dan Allah Swt. berfirman:

أَدْخِلُوا عَبْدِيَ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي

“Masukkan hambaku ini ke surga dengan sebab rahmat-Ku”.

Tidak terima karena merasa ibadahnya tidak dianggap, Hamba tersebut mengelak. Ia tidak ingin masuk surga karena rahmat Allah Swt. Lalu ia berkata:

بَلْ بِعَمَلِي

“Dengan sebab amalku Ya Rabb”.

Allah Swt. mengulangi pernyataan tersebut sampai tiga kali. Tetapi hamba tersebut tetap bersikukuh untuk meminta dimasukan surga sebab amalnya, bukan atas rahmat Allah Swt. Kemudian Allah berfirman: “Sekarang coba timbang amal hambaku ini dengan nikmat yang telah aku berikan kepadanya.”

Ternyata setelah ditimbang antara amal ibadanya selama lima ratus tahun dengan nikmat rahmat matanya, amal tersebut kalah berat dengan nikmat yang telah Allah Swt. berikan. Allah pun memerintahkan malaikat untuk menggiringnya kedalam neraka. Ketika akan digiring, tiba-tiba hamba tersebut berteriak sambil menangis, “Ya Rabb… Masukkan aku ke surga dengan rahmat-Mu.” Dan Allah pun menuruti kemauannya.

Setelah itu, Allah memberikan pertanyaan, “Wahai hambaku, siapakah yang telah menciptakanmu yang sebelumnya kamu bukan apa-apa?” Hamba tersebut menjawab, “Engkau Ya Rabb.” Allah bertanya lagi, “siapakah yang telah memberikan kekuatan kepadamu, sehingga kamu mampu beribadah kepadaku selama lima ratus tahun?” Hamba itu pun menjawab, “Engkau Ya Rabb”. Hingga, yang terakhir, Allah berfirman. “Begitulah,  karena rahmat-Ku (yang berupa kekuatan menjalani ibadah lima ratus tahun) engkau masuk ke dalam surga.” Dan akhir dari cerita ini, malaikat Jibril berkata kepada Nabi Saw.:

إِنَّمَا الأَشْيَاءُ بِرَحْمَةِ اللَّهِ يَا مُحَمَّدُ

“Sesungguhnya segala sesuatu berkat rahmat Allah wahai Muhammad.”

Lebih lengkapnya silahkan ikut pengajian Pasar Waqiah Ramadhan yang digelar ba’da isya di masjid An-Nur II. Dan setiap harinya akan diisi dengan materi berbeda-beda.

*disarikan dari kajian ilmiah Pasar Waqiah Ramadhan oleh Dr. KH. Fathul Bari, S.S., M.Ag

(Richi/Media-tech An-Nur II)  

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK