Puasa Sia-Sia

puasa sia-sia, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Sebutlah namanya Si Sho’im, Dia mau bepergian ke Surabaya dengan kereta api. Dengan tergesa-gesa me-ngejar waktu keberangkatan kereta api, dia naik mikrolet dari jalan seberang rumah nya. Dengan  lari tergesa-gesa ia menyeberang jalan menuju mikrolet yang ia tunggu-tunggu. Di terminal ia pindah mikrolet jalur lain dengan lari-lari kecil sambil ber cucuran keringat di bawah terik matahari yang menyengat. Sesampai-nya di depan stasiun ia melompat turun dari mikrolet sambil berlari menuju stasiun dengan beberapa kalimelihat jam ditangannya. Namun se-sampainya disana, ternyata kereta terakhir hari itu tujuan surabaya sudah berangkat. Iapun kecewa, marah dan kesal karena usahanya sia-sia. Bagai-mana kalau itu terjadi pada diri anda? Tentu anda juga kecewa khan?

 

Itulah perumpamaan orang yang ber puasa namun puasanya sia-sia, mena-han lapar dan dahaga sebulan penuh, mulut kering, perut maag, kepala pusing, akan tetapi tidak mendapatkan balasan apapun dari Allah swt. Rasul SAW bersabda, :

 

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

 

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia hanya mendapatkan dari puasanya tersebut rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)

 

Marilah kita berhati-hati dalam men-jalankan ibadah puasa ini agar puasa kita tidak sia-sia. Jauhi lima perkara berikut yang disabdakan Rasul saw:

 

خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّاِئمَ الكِدْبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكاَدِْبُ وَالنَّظَرُ بِشَهْوَةٍ

Lima hal membatalkan (pahala) orang yang berpuasa : Berdusta, menggunjing kejelekan orang lain, Mengadu domba, sumpah palsu dan melihat dengan syahwat. (HR Ad-Dailami)

 

1. Berdusta

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

 

Imam As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang.

 

2. Ghibah

Rasulullah saw bersabda:

ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ، إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu ten-tang sesuatu yang ia benci.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagai-mana bila apa yang diceritakan itu benar ada padanya?” Rasulullah saw menjawab, “kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim).

 

3. Namimah (Mengadu Domba)

Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk meng adu domba antara seseorang dengan si pembicara. Yahya bin Aktsam mengata-kan: “Perbuatan seorang nammam (pengadu domba) lebih jahat daripada tukang sihir, karena seorang pengadu domba dapat melakukan perbuatannya itu dalam beberapa saat yang tidak bisa dilakukan oleh seorang penyihir dalam satu tahun”. Dan disebutkan pula, bahwa perbuatan seorang nammam (orang yang melakukan namimah) lebih besar bahayanya daripada perbuatan syaitan, karena perbuatan syaitan hanya dengan khayalan dan bisikan, sedang kan perbuatan seorang nammam adalah riil dan nyata.

 

4. Sumpah Palsu

Rasul Saw bersabda: “Ada tiga kelom-pok manusia yang kelak pada hari kiamat tidak akan diajak bicara oleh Allah. Allah juga tidak akan melihat mereka, dan tidak pula  mengampuni dosa mereka bahkan mereka akan mendapat siksaan yang pedih. ” Rasululah SAW. mengucapkan kalimat itu tiga kali. Kemudian Abu Dzar berkata: “Alangkah kecewa dan ruginya mereka. Wahai Rasulullah, siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Yaitu orang  yang menurunkan (kainnya), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan menggu-nakan sumpah palsu.” (HR. Muslim).

 

5. Melihat dengan Syahwat

النَّظَرُ سَهْمٌ مَسْمُوْمٌ مِنْ سِهَامِ اِبْلِيْسَ لَعَنَهُ اللهُ فَمَنْ تَرَكَهَا خَوْفاً مِنَ اللهِ آتاَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ اِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِى قَلْبِهِ

Memandang (yang haram) adalah panah beracun dari panah-panah iblis la’natuLlah alaih. Barang siapa yangdapat meninggalkannya karena Allah maka Allah akan memberi iman yang dapat dirasakan manisnya di dalam hati.

 

Maka puasa yang sebenarnya adalah puasanya anggota badan dari per buatan-perbuatan dosa, puasanya perut dari minum dan makan, maka sebagai mana makanan itu akan memutus puasa dan merusaknya, demikian pula perbuatan-perbuatan dosa akan memu-tus pahalanya dan merusak buahnya, sehingga menjadikan orang yang ber puasa seperti yang tidak puasa.

 

Jabir bin ‘Abdillah berkata : “Jika kamu berpuasa maka hendaknya pendenga-ranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwiba-walah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

 

Semoga puasa kita tidak menjadi puasa yang sia-sia. Ya Allah, Jauhkan Kami dari perusak pahala puasa, Berikan kami kekuatan untuk senantiasa beribadah kepada-Mu. Mudah-muda-han diterima, Amien. Wallahu A’lam

Disampaikan oleh
Gus FB (Fathul Bari)
dalam Acara Kajian AKIK, Waqiah Ramadhan

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK