Pengajian Ahad Legi: Tahun Baru Bukan Buat Huru-hara
“Nila setitik rusak susu sebelanga.” Begitulah Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si., tuturkan dalam acara rutinan Ahad Legi yang terselenggara tepat setelah liburan para santri juga bertepatan dengan tahun baru Masehi. Para jemaah mendengarkan tutur kata beliau dengan seksama. Walaupun demikian, H. Ali sering kali bergurau untuk memecah suasana.
“Dadi, lek onok arek apik, sak piro o, lek gembulane bareng arek-arek seng nggak genah masio mek titik. Yo bakale melok-melok seng nggak genah. (Jadi, kalau ada anak baik berapapun banyaknya, kalau ia kumpul dengan anak-anak yang tidak baik walaupun cuma sedikit. Maka pasti ia akan ikut yang tidak baik).” Tambah beliau.
Dunia yang Manis tapi Rusak
“Dunia itu manis seperti madu, bahkan saking manisnya dapat membuat orang terlena.” Demikianlah yang Dr. KH. Fathul Bari, S.S, M.Ag., ujarkan dalam sambutan yang beliau berikan. Saat tahun baru, banyak sekali anak muda yang terlena akan kenikmatan dunia. Bukannya bersyukur karena Allah Swt., masih memberikannya nikmat hidup, justru berhuru-hara di sana-sini.
H. Ali menyampaikan, bahwa dunia hari ini sudah mulai tidak seperti biasanya. Alasannya kecepatan bumi lima tahun terakhir mengalami percepatan selama sepuluh menit. Para peneliti memperkirakan 40 tahun kemudian, waktu satu hari di bumi hanyalah 20 jam.
Tahun ini pula menjadi tahun terpanas. Lagi-lagi peneliti memperkirakan 40 tahun ke depan, panasnya akan menjadi dua kali lipat dari panas tahun ini. Lantas di dunia yang sudah mulai rusak ini manusia tetap saja berbuat maksiat tanpa memedulikan urusan akhirat. Seyogyanya kita memperbanyak zikir, bukannya memperbanyak mencibir.
Al-Quran dan Penjaganya
Sebuah penelitian menyebutkan, bahwa 70% kesehatan seseorang dapat terlihat dari hatinya. Jika hati orang itu baik atau pikirannya selalu baik, maka ia berkemungkinan hidup sehat. Berarti tubuh yang sehat didapatkan dengan hati yang bersih. Salah satu cara untuk menjaga hati tetap bersih ialah dengan membaca Al-Quran.
H. Ali sempat menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang wafat. Suatu hari ada seseorang yang wafat. Kemudian setelah semua peziarah pergi, ada satu orang yang tetap tinggal di sana. Lalu datanglah malaikat Munkar dan Nakir yang bertujuan untuk menanyai orang yang baru saja wafat tersebut. Tetapi setelah melihat orang yang berdiri di dekat makamnya, Munkar dan Nakir ragu, karena wibawa orang tersebut lebih besar daripada dua malaikat itu.
Namun, dua malaikat itu tetap ingin melaksanakan tugasnya. Tetapi orang tersebut menghalangi mereka berdua dan berkata, “Aku adalah Al-Quran, dia seringkali membaca saya, jadi kali ini saya ingin menolongnya.” “Tapi orang ini punya dosa yang harus dipertanggung jawabkan.” Ujar Munkar dan Nakir. Akan tetapi orang itu tetap ingin menolong orang yang ada di dalam gundukan tanah tersebut, walaupun lawannya adalah dua malaikat.
Orang itu juga berkata, “Kalau kamu menyiksa orang ini, berarti kamu telah menyiksaku (Al-Quran). Dan jika kau menyiksa Al-Quran, maka berarti kamu menyiksa kalam-kalam Allah Swt.” Lantas malaikat-pun bingung dan segera melapor pada Allah Swt. Kemudian Allah Swt., memerintahkan mereka untuk tidak menyiksanya. Akhirnya orang itu selamat atas pertolongan dari Al-Quran yang sering ia baca itu.
(Farkhan Wildana S./Mediatech An-Nur II)
1 Comment