annur2.net – Peringatan puncak haul Al-Maghfurlah Romo KH. Muhammad Badruddin Anwar berlangsung dengan lancar pada Senin malam, 02 Desember 2024 di area Roudloh Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo”. Acara puncak membawa hadirin yang meluap, memenuhi area Roudloh, masjid, hingga jalanan turun.
Acara kali ini ada beberapa tamu pemerintahan seperti Gus Mamak (DPR RI, cucu Kiai Bad), Bapak Drs. H. Sanusi, M.M (Bupati Malang), serta Ibu Khofifah Indar Parawansah (Gubernur Jatim dan ketua Muslimat NU). Kesempatan hadir di acara yang besar ini mereka mengambil momen untuk mensosialisasikan tentang penyakit sosial.
Peringatan Penyakit Sosial
Pada acara puncak haul, ibu Khofifah mendapat kesempatan berbicara di depan para santri, alumni, wali santri, dan orang-orang yang menghadiri acara secara langsung atau daring. Beliau sangat menekankan kepada masyarakat untuk tidak terjangkit penyakit sosial.
Bentuk penyakit sosial ada beberapa macam, di antaranya yang sering dijumpai adalah kasus narkoba dan judi online. Tingkatan paling bahaya yang membutuhkan penanganan dengan gesit yaitu judi online selanjutnya narkoba.
Ajakan untuk senantiasa mengajak dan meninggalkan judi online terus bersahutan. Sebab dampak dari kasus itu sangat merugikan para pengguna. Mereka tergoda sebab bisa deposit minimal sepuluh ribu, tukang becak juga bisa ikut. Terkadang bagi pemula mereka akan mendapatkan kemenangan terus-menerus hingga kecanduan.
Tapi kemenangan dari judi online hanya untuk merayu, mempengaruhi nafsu mereka. Pada akhirnya bandar tidak mungkin memenangkan kembali pengguna tersebut. Salah satu penyebab Lain merebaknya kasus itu tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi psikososial. “Di Cina judi online sudah diharamkan,” Ungkap Gubernur Jawa Timur.
Dari data tahun ini kerugian sekitar 800 triliun rupiah dari kalangan masyarakat ke bawah. Dampak Judi online sangat beragam bukan hanya ekonomi. “Karena itu akan memiskinkan secara struktural dan kultural lini masyarakat terbawah.” Imbuhnya.
Beliau menyampaikan, ini merupakan tugas kita, gubernur, bupati dan lainnya. Salah satu opsi yang ibu Khofifah sampaikan adalah mengajak para tokoh penting di masyarakat umum, seperti Kiai, Bu Nyai, Habib, dan yang berpengaruh lainnya.
Beliau juga menghimbau ke kiai dan bu nyai supaya tidak gaptek (gagap teknologi). Agar mereka dapat membantu dan mengetahui perkembangan kasus yang terjadi di luar sana.
Supaya para Kiai dan Bu Nyai menyampaikan pesan ini ke santri-santrinya. Bahkan kepada para pengikut seperti majelis-majelis yang ada.
Berombongan Demi Surga Allah
Bu Khofifah juga menyinggung amaliah ibadah. Sebenarnya kita melakukan ibadah salat, sedekah, dan lainnya tidak selalu ikhlas sepenuhnya. Maka kita tidak bisa hanya mengandalkan amaliah individual untuk masuk surga.
Maka dari itu majelis-majelis seperti ini dapat menjadi perantara kita masuk surga Allah. Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan, jika manusia memasuki surga itu berombongan. Tidak ada yang sendirian untuk memasuki surga.
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
(Q.S. Az-Zumar: 73)
Maka kita mengikuti suatu majelis-majelis itu semata meminta izin ikut rombongan para beliau, khususnya Nabi Muhammad dan Kiai Badruddin.
(ABU RAIHAN EFENDI/MEDIATECH ANNUR II)
Leave a Reply