Pasar Waqiah Ramadan: Pengaruh Niat dalam Perbuatan Hamba
Pasar Waqiah Malam Ke-12 Ramadan
Kajian Kitab Al-Jami’ As-Soghir
Di dalam Kitab Jami’ Shoghir karya Syekh Jalaluddin Suyuti, terdapat hadis yang menerangkan niat. Hadis tersebut berbunyi:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: “Sesungguhnya perbuatan bergantung pada niatnya. Setiap pribadi akan mendapat sesuai yang ia niatkan. Maka, barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, ia benar-benar hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Sementara orang-orang yang berhijrah karena dunia yang ingin ia raih atau wanita yang akan ia nikahi, maka hijrahnya adalah apa yang menjadi tujuannya tersebut.”
Hadis ini menyiratkan bahwa setiap hamba akan memperoleh balasan sesuai niatnya. Bila seseorang beribadah murni untuk Allah, ia akan mendapat ganjaran yang setimpal dengannya di akhirat. Sedangkan mereka yang melaksanakan ibadah untuk pamer dan menarik pujian manusia, ia tidak akan mendapat balasan baik di akhirat, dan bahkan cenderung buruk. Orang-orang seperti ini secara tidak langsung menduakan Allah, karena beribadah bukan untuk Allah.
Hadis tersebut merupakan perkara yang urgen untuk umat muslim. Sering para ulama menempatkan hadis tersebut sebagai awal pembahasan di kitabnya. Contohnya adalah Imam Nawawi dalam Kitab Arba’ An-Nawawi begitu pula dengan Syekh Al-Lahji dalam Kitab Idhoh Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah. Abu Ubaidah berkomentar terhadap hadis tersebut, “Tiada hadis Nabi yang kaya maknanya dan lebih banyak faedahnya ketimbang hadis tersebut.”
Imam Syafi’i menyatakan bahwa hadis tersebut telah merenggut sepertiga perbuatan hamba. Kemudian Imam Baihaqi menjelaskan maksud perkataan beliau. Dalam amal setiap hamba ada tiga hal yang pasti berkorelasi, yaitu anggota badan, lisan, dan hati. Niat sendiri berada di posisi hati, sehingga hadis tersebut dinyatakan sebagai sepertiga perilaku umat.
Pentingnya Niat dalam Beramal
Saking pentingnya niat, sah atau tidak ibadah seseorang berkaitan erat dengannya. Puasa, selama sehari perut menahan lapar dan tenggorokan sekering sahara, apabila tidak niat, puasanya akan sia-sia. Salat pun begitu, meski badan bergerak naik turun dan lisan melafalkan bacaan-bacaan salat, jika tidak niat, salatnya tidak sah. Sebab niat merupakan rukun yang harus dipenuhi dalam dua ritual tersebut.
Selain menjadi penentu keabsahan ibadah, niat bisa menjadi perilaku yang tidak ada nilai ibadah menjadi berpahala. Seperti makan yang merupakan agenda sehari-hari manusia. Ketika seorang muslim berniat agar makanan yang ia makan bisa menjadi bahan bakar semangat dalam ibadah, maka makan yang lakukan juga akan mendapat pahala. Tidur pun begitu.
Bahkan karena keampuhan niat, tanpa berbuat apa pun seseorang bisa mendapat pahala. Sebagaimana sabda Nabi yang artinya, “Sesungguhnya Alah mencatat kebaikan dan keburukan kemudian menjelaskannya. Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.”
Namun sebaliknya, amal seseorang juga bisa menjadi dosa karena salah niat. Sebagaimana orang-orang yang melakukan salat agar mendapa predikat yang bagus di mata makhluk. Orang-orang seperti ini akan mendapat dosa karena ibadah yang dilakukan hanya untuk mendapat pujian. Padahal ibadah seharusnya menjadi medium yang mendekatkan diri dengan Tuhan.
Begitulah beberapa keampuhan niat yang dapat memengaruhi perbuatan umat muslim. Sebab itu, muslimin harus memperhatikan apa yang ada di hatinya dan selalu memantapkan niatnya agar ibadahnya pun mantap. Sekian terima kasih.
(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)
Leave a Reply