Pasar Waqiah Ramadan: Betapa Besar Rahmat Allah
Pasar Waqiah Malam Ke-9 Ramadan
Jangan tanyakan seberapa besar rahmat Allah, bahkan hanya membayangkannya karena Anda tidak akan mampu. Andaikan orang kafir mengetahui rahmat yang Allah karuniakan, pasti tidak akan ada seorang pun yang berputus asa dari surga-Nya. Begitu bunyi penggalan salah satu sabda Nabi saw.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «لو يعلمُ المؤمنُ ما عند الله من العقوبة، ما طَمِع بِجَنَّتِهِ أحدٌ، ولو يَعلمُ الكافرُ ما عند الله من الرَّحمة، ما قَنَطَ من جَنَّتِهِ أحدٌ».
Artinya: Dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya orang mukmin mengetahui siksaan yang Allah sediakan, niscaya tidak ada seorang pun yang merasa bisa masuk surga-Nya. Andaikan orang kafir mengetahui rahmat yang Allah karuniakan, pasti tidak akan ada seorang pun yang berputus asa dari surga-Nya.” (HR. Muslim)
Sedangkan dalam kisah Nabi Musa as., Malaikat Jibril menyumpal mulut Firaun dengan tanah karena takut ia bersaksi iman kepada Allah swt., tatkala Allah menenggelamkannya.
مَّا أَغْرَقَ اللهُ فِرْعَوْنَ قَالَ: ﴿آمَنْتُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ﴾ فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا مُحَمَّدُ فَلَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخُذُ مِنْ حَالِ البَحْرِ فَأَدُسُّهُ فِي فِيهِ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ
Artinya: Sewaktu Allah menenggelamkan Firaun, ia mengucapkan, “Aku beriman bahwa tiada tuhan kecuali yang diimani kaum Bani Israil,” (Q.S. Yunus [10]: 90).” Kemudian, Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah saw., “Wahai Muhammad, seandainya engkau melihatku, kala itu aku mengambil tanah hitam dari dasar lautan. Lalu memasukkannya ke dalam mulut Firaun karena takut ia terliputi oleh rahmat.” (HR. At-Tirmidzi)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: خَلَقَ اللهُ مِائَةَ رَحْمَةٍ، فَوَضَعَ وَاحِدَةً بَيْنَ خَلْقِهِ وَخَبَأَ عِنْدَهُ مِائَةً إِلَّا وَاحِدَةً (رواه مسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., : “Sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda: Allah menciptakan seratus rahmat (kasih sayang), maka diberikanlah satu bagian untuk semua makhluk-Nya, dan Sembilan puluh Sembilan bagian disimpan (di sisi Allah).” (HR. Muslim).
Amal Ibadah Tak Sebanding Rahmat Allah
Kita tidak bisa membayangkan kalau Allah menurunkan semua rahmat-Nya. Dengan satu rahmat saja, seekor kuda tidak menginjak anaknya, seorang ibu rela banting tulang demi anaknya, dan seorang murid begitu takzim kepada seorang guru. Nah, dari sini, sudah percaya bahwa Anda tidak akan mampu membayangkan besarnya rahmat Allah?
Malaikat Jibril pernah memberi sebuah kisah kepada Nabi Muhammad saw., tentang seseorang yang beribadah selama seratus tahun. Di sebuah puncak gunung, hiduplah seorang muslim yang hanya beribadah di dalam kesehariannya. Ia hanya turun gunung berwudu dan makan dengan memetik buah delima di hutan. Ia berdoa supaya mati dalam keadaan bersujud dan tetap jasadnya terjaga hingga hari kiamat.
Hamba itu pun wafat. Ketika di akhirat, Allah swt., memerintah malaikat, “Malaikat, masukkan hambaku ke surga atas rahmatku!”. Mendengar itu, Hamba itu menyangkal, “Wahai tuhanku, (masukkan aku ke surga) dengan amalku”.
Allah swt., mengulangi perintahnya, “Malaikat, masukkan dia ke surga atas rahmatku!” Hamba itu menyangkal lagi, ingin masuk surga dengan amal 500 tahunnya.
Akhirnya Allah memerintah para malaikat untuk menimbang amalnya dengan nikmat yang telah Allah swt., berikan kepadanya, tapi hanya nikmat penglihatan. Ternyata, timbangan malah lebih condong ke nikmat, bukan amalnya.
Lantas Allah memerintah malaikat untuk memasukkannya ke neraka. Ketika malaikat akan memasukkannya ke neraka, Hamba itu langsung bilang, “Ya, sudah, tidak apa-apa masuk surga atas rahmat-Mu!”
Hamba itu menghadap kepada Allah Swt. Dia mendapat beberapa pertanyaan: siapa yang menciptakanmu; siapa yang meletakkan dirimu di pucuk gunung; siapa yang memberimu kekuatan untuk beribadah 500 tahun? Hamba itu hanya menjawab, “Engkau, wahai tuhanku.”
Maka seharusnya orang muslim tidak sombong dengan amalnya. Pada dasarnya, seseorang bisa beramal hanya kalau Allah memberinya rahmat. Maka kalau ada yang kemlinthi ingin masuk surga dengan amalnya sendiri, sepertinya dia harus jagongan dengan orang yang ada pada kisah tadi.
(Moch. Athoillahil Qodri/ Lingkar Pesantren)
Leave a Reply