Lailatul Qadar Malam Mulia bagi Umat yang Pendek Umurnya

PASAR WAQIAH RAMADAN MALAM KE-20: Lailatul Qadar Malam Mulia bagi Umat yang Pendek Umurnya

KAJIAN BERBURU LAILATUL QADAR

OLEH: Dr. KH. FATHUL BARI, S.S., M.Ag.

annur2.net – Suatu hari seorang sahabat bercerita tentang sosok mujahid dari Bani Israil yang gagah perkasa. Selama seribu bulan ia tangguhkan pedangnya untuk menegakkan panji agama. Nabi mendengarnya dengan takjub karena bagaimanapun umatnya tidak bisa menandingi sosok tersebut sebab pendeknya umur. Lalu Nabi berdoa untuk umat ini agar Allah memberikan hal yang setimpal sebagaimana umat terdahulu. Maka Allah mengabulkannya dengan Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar merupakan susunan dua kata Lailah dan Qadar. Lailah berarti malam sedangkan Qadar memiliki arti kemuliaan. Maka Laliatul Qadar bermakna malam yang mulia bahkan melebihi seribu bulan, sebagaimana Allah tekankan pada surah Al-Qadr ayat 3:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ۝٣

“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Pendapat lain mengatakan maksud dari qadar adalah hukum. Jadi malam Lailatul Qadar adalah malam penghukuman atau malam penetapan takdir untuk satu tahun ke depan. Maksudnya pada malam itu Allah bocorkan takdir para hamba-Nya selama setahun ke depan kepada para malaikat.

Pada malam tersebut para malaikat turun ke bumi mendoakan orang-orang beriman yang beribadah kala itu. Tidaklah seorang malaikat bertemu orang mukmin entah pria atau wanita kecuali mereka akan uluk salam padanya.

Oleh karena itulah sudah seharusnya kita memburu malam yang begitu mulia tersebut dengan memperbanyak ibadah. Waktu terbaik untuk mendapatkannya yaitu pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Baginda Rasullah bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)

Mengapa pada Sepuluh Malam Terakhir?

Sudah kita ketahui bersama, Nabi telah membocorkan terjadinya Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Meskipun tidak tahu persis pada malam mana kita bisa menemuinya.

Namun ada hikmah mengapa Allah mengatur terjadinya Lailatur Qadar demikian. Watak alami manusia adalah cepat bosan. Andai kata Lailatul Qadar sudah ada hari pastinya sejak dulu, tidak membuat manusia antusias beribadah pada malam itu. Justru rahasia malam tersebut memotivasi seseorang untuk memperolehnya dengan giat beribadah.

Mengapa Seribu Bulan?

Lalaitul Qadar lebih mulia ketimbang seribu bulan. Lantas kenapa seribu bulan tidak lima ratus atau bahkan tiga ribu bulan? Ini merupakan bentuk kewelasan  dan rahmat-Nya  pada umat  yang pendek umurnya. 

Seseorang mendapatkan predikat Al-’Abid apabila selama seribu bulan penuh beribadah. Siang-malam ia isi dengan berbagai ibadah. Khusus umat ini, Allah memberikan kelonggaran dengan hanya mendapati Lailatul Qadar, seseorang dapat berpredikat Al-’Abid karena pada malam itu sama halnya beribadah seribu bulan.

Tanda Kehadiran Lailatul Qadar

Sebuah hadis berbunyi:

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ Al-Ahadits 18: 361).

Meski tidak ada yang tahu kapan persisnya Lailatul Qadar, terdapat indikasi yang menunjukkannya. Malam harinya kita akan merasa tenang, damai, tidak ada kericuhan. Bintang-bintang bertaburan menghiasi malam. Sinar mentari di pagi hari tidak menyilaukan mata serta matahari saat siang tidak begitu terik dan menyengat.

Meski Lailatul Qadar pada malam hari, para ulama menganjurkan ibadah di pagi dan siangnya, karena di belahan bumi yang lain masih malam. Inilah alasan tanda Lailatul Qadar juga terdapat di pagi dan siangnya agar seseorang masih berkesempatan memperoleh keutamaannya.

Amalan pada Lailatul Qadar

Rasulullah menganjurkan banyak ibadah saat Lailatul Qadar. Suata ketika Sayidah A’syah menanyakan doa ketika mendapati Lailatul Qadar pada Nabi. Nabi kemudian menyuruhnya agar berdoa:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf menghapus kesalahan, karenanya maafkanlah aku, hapuslah dosa-dosaku” 

Pada malam itu sebaiknya kita memperbanyak salat, sebagaimana bunyi hadis:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang mengerjakan salat pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad, dari Abu Hurairah ra.)

Para ulama berdebat antara keharusan salat semalam suntuk atau tidak supaya memperoleh fadilah Lailatul Qadar. Ada yang mengatakan memang harus semalam suntuk dan ada pula yang tidak. Bagi yang tidak mengharuskannya semalam suntuk terdapat beberapa pendapat. Satu pendapat mencukupkan dengan salat Isya jamaah saja sedangkan pendapat lain menambahi dengan salat Subuh jamaah. Pendapat lain mengatakan tidak harus semalam suntuk tapi sebagian besar dari malam tersebut.

Memperbanyak Doa saat Lailatul Qadar

Memperbanyak doa juga sangat dianjurkan saat Lailatul Qadar. Pada malam itu Allah menetapkan takdir kita untuk setahun ke depan. Mohonlah agar segala kebaikan menghampiri kita setahun ke depan. Maka dari itu kita harus yakin bahwa Allah mengabulkan permintaan kita.

Perlu diingat bahwa Allah tidak melulu memenuhi segala permintaan hambanya. Ada tiga hal yang Ia lakukan pada doa-doa hamba-Nya. Pertama tentu Ia akan mengabulkan permohonan hamba-Nya. Ada kalanya juga Ia menyimpan doa para hamba-Nya dan kelak akan mewujudkannya. Terakhir Ia akan mengganti permintaan kita dengan keselamatan dari marabahaya. Ia yang lebih mengerti apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya.

Misalkan kita berdoa tidak kunjung terkabul, bisa jadi Allah masih ingin mendengar munajat kita pada-Nya. Allah senang dengan setiap doa yang kita lantunkan. Mengetahui hal seperti ini seharusnya kita semakin semangat berdoa sebalailatub inilah yang Allah cinta. Tapiboleh jadi doa yang cepat terkabul merupakan tanda pengusiran-Nya karena ketidaksukaan-Nya pada hamba tersebut.

Selain memperbanyak doa, kita sebaiknya juga memperbanyak sedekah. Sedekah terbaik adalah sedekah pada bulan Ramadan. Bentuknya bisa dengan kita memberi makanan berbuka. Seseorang yang ikhlas memberi makanan berbuka, malaikat akan mendoakannya hingga akhir bulan Ramadan.

Apabila sempat, alangkah baiknya bagi kita untuk sering beriktikaf pada bulan Ramadan terutama di sepuluh malam terakhir pada bulan itu. Rasulullah bersabdah:

كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ،…

“Rasulullah saw., beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan,…” (HR. Bukhari)

(Ahmad Basunjaya I.K.F./Mediatech An-Nur II)