Kunjungan SDN Tambakrejo Sidoarjo, Atasi Degradasi Moral dengan Pendidikan Pesantren

sdn, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Generasi muda Indonesia di era modern ini sedang mengalami degradasi moral. Terutama bagi para siswa yang ada di sekolah-sekolah. Sopan-santun terhadap guru dan orang tua masih dinilai sangat kurang. Seorang guru dari SDN Tambak Rejo, Sidoardjo, mengakui bahwa siswa yang juga santri di pesantren punya unggah-ungguh yang baik kepada siapapun.

Untuk itu, para guru SDN Tambak Rejo berkunujung ke PP An-Nur II Al-Murtadlo Sabtu (15/12) ini. Tujuannya untuk meminta solusi agar masalah ini bisa terpecahkan. Harapannya guru-guru itu dapat menirukan pendidikan moral yang ada pada pesantren.

Empat puluh lima guru itu disambut hangat oleh Dr. KH. Fathul Bari, S. S., M. Ag. di Pendopo Al-Badari, yang terletak di sebelah selatan makam Almaghfurlah RKH. Badruddin Anwar. “Terima kasih, kami disambut dengan baik”, ungkap Bpk. Kasiono, selaku ketua rombongan, yang mewakili rombongan menyampaikan sambutan.

Karena telah tiga jam lebih di perjalanan, rombongan dipersilahkan beristirahat terlebih dahulu. Sembari menikmati hidangan, mereka juga dihibur dengan pemutaran beberapa video pendek karya santri. Setelahnya, disusul dengan penampilan santri yang baru enam bulan mondok sudah bisa membaca kitab kuning. Salah satunya adalah Muhammad Zain H. yang menjuarai lomba cerdas cermat antar asrama hari Kamis lalu.

Degradasi Moral yang Sudah Ada Sejak Zaman Rhoma Irama

Seperti yang dijelaskan KiaI fathul dalam sambutannya, degradasi moral sebenarnya telah terjadi sejak zaman Roma Irama, sudah lama. Namun, degradasi moral yang terjadi saat ini bebeda dengan yang terjadi di masa silam. Penyebabnya adalah arus informasi yang bebas dan sulit dibendung. Apalagi di media sosial, semua informasi dapat diakses tanpa ada filter.

“Maka, sebagai guru, itu merupakan tugas yang harus diselesaikan”, tutur Kai Fathul dalam sambutannya. “Untuk itu, dalam mendidik, para guru tidak boleh putus asa. Terus saja para siswa itu dituntun. Karena kita tidak tahu kapan para siswa itu mendapat hidayah. Oleh karena itu, di Islam yang dilihat itu usahanya, bukan hasilnya.”

Lebuh lanjut, Kiai Fathul memberi solusi atas masalah itu. Menurut beliau, anak didik yang nakal itu disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua. Karena tidak diperhatikan, mereka akan mencari perhatian kepada temannya. Yaitu dengan melakukan kenakalan itu sendiri.

“Oleh karena itu, para guru diharuskan mengenal para muridnya. Caranya dengan memberi perhatian kepada para muridnya. Selebihnya kepada siswa yang bermasalah.  Kalau seorang guru sudah kenal dengan para siswanya, otomatis nasihat yang diberikan akan mudah menggerakkan hati siswa untuk berubah lebih baik”, tutup beliau pengasuh di akhir sambutannya.

(Mumianam/Media-Tech An-Nur II)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK