Konsep Penampilan Harlah ke-44

Tatkala tim Mediatech bertanya kepada Bapak Choiri mengenai penampilan di panggung Harlah ke-44 Pondok Pesantren An-NUr II “Al-Murtadlo” (Pesantren Wisata), ia hanya menunjukkan jempolnya. Menurutnya, performa para santri di pentas seni ini, tidak ada kata-kata yang mengarah para keburukan harlah. Harlah yang terlaksana pada Sabtu, 26 Agustus 2023.

Panggung Harlah kali ini memiliki tangga di bagian depan sebagai jalur utama menuju podium. Bagian belakang panggung terhiasi oleh videotron. Sedangkan bunga-bunga kering menambah dekorasi di bagian depan panggung.

Pada harlah kali ini acara terbagi dalam dua momen. Momen pertama merupakan kegiatan dengan MC (Master of Ceremony) sebagai pemandu acaranya. Sedangkan di momen kedua, tidak ada yang memandu acara. Di saat itu, acara harlah berisi penampilan-penampilan dari santri.

Tim Mediatech berkesempatan bertemu dengan Hanif Azzam, seorang santri senior yang menjadi panitia bagian penampilan. Dirinya sebagai penanggung jawab performa para santri ini menginformasikan konsep penampilan.

Hanif Azzam sebagai panitia pengurus penampilan hanya memegang saat teater dan penampilan reog. Ia mengatakan bahwa dirinya kesusahan menemukan teori hingga filosofi yang bagus untuk penampilan para santri ini. Namun, dengan tangan lebar dari Bapak Choiri, ia berhasil menemukan jalan keluar dari masalahnya.

Selain dari problematika mencari konsep, dirinya harus berhadapan dengan sulitnya mengoordinasi para partisipan. Katanya, para santri yang akan tampil terkadang mudah dalam mengajaknya latihan, tetapi juga terkadang sulit. Makanya, ia mengeluhkan tentang hal ini.

Konsep Penampilan dan Makna Di Dalamnya

Sebagai teoritikus, dirinya harus mencarikan konsep yang bagus untuk panggung harlah. Akhirnya, ia memiliki tim sendiri yang membantunya mulai dari pengontrolan para santri yang tampil hingga mencari rancangan penampilan yang bagus. 

Ada Rizal yang membantunya dalam mencari konsep tarian reog. Ada juga Farisqi dan Ryan yang ikut menolongnya dalam merancang konsep utama penampilan. Sedangkan di belakang mereka, ada Bapak Choiri yang menjadi pembimbing dalam memberikan arahan yang tepat. “Banyak pengalamannya,” ungkap Azzam dalam menjabarkan alasan Pak Choiri yang menjadi pembinanya.

Panitia bagian penampilan itu mengungkapkan bahwa konsep yang ia pakai merupakan buah pemikiran dari Bapak Choiri yang dulu tidak terpakai. Katanya dulu konsep ini rencananya untuk acara HSN (Hari Santri Nasional). Namun dari atasan menolak rancangan ini.

Konsep yang ia pakai menyelaraskan dengan tema harlah sekarang, “Membumikan Modernisasi, Melangitkan Tradisi”. Dirinya membuat penampilan berupa teater yang di dalamnya mengajarkan tradisi mengaji. 

Ia juga mengungkapkan bahwa di dalam penampilan tersebut ia sedikit menyinggung masalah perundungan di kalangan siswa. Di dalam penampilan terjadi perkelahian kemudian ada seorang guru yang menasihati murid-murid itu. Lalu ada sebuah pembacaan puisi pada skenario setelahnya.

Katanya, pada puisi itu, berisikan pesan agar tidak mudah tersinggung ketika teman-teman mengejek. Juga berisikan pesan bahwa perkelahian bukanlah sebuah solusi, tetapi malah membesarkan masalah.

Sedangkan pada penampilan tarian reog, ia mengatakan bahwa ini mencampurkan tradisi Jawa dengan tren zaman ini. Contohnya seperti flash mob juga menggunakan latar musik EDM (Electronic Dance Music), yang menggambarkan modernisasi. 

Edgar, santri yang tampil di panggung memberikan kesan bahwa seru rasanya tampil di panggung harlah ini. Ia juga mengatakan senang bisa turut berpartisipasi memeriahkan harlah. Azzam sebagai ketuanya dan saat itu berada di depannya mengiyakan ucapan anggotanya itu.

(Ahmad Firman Ghani Maulana/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK