Kajian Tafsir: Tergesa-gesa dan PHP Orang Musyrik

Kajian Tafsir: Tergesa-gesa dan PHP Orang Musyrik

“(11) Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. (12) Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 11-12)

***

Banyak manusia yang memiliki sifat tergesa-gesa. Padahal sifat tersebut termasuk perilaku setan. Maka dari itu, hendaknya manusia belajar bersabar supaya berbeda dengan setan.

Mengenai Surah Yunus ayat 11, orang-orang musyrik tergesa-gesa menginginkan Allah menimpakan azab kepada mereka, salah satunya Nadhr bin Harits. Mereka tidak membenarkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Orang-orang tersebut juga tidak percaya pada azab Allah. Bahkan mereka berkata, “Ya Allah! Kalau memang ajaran ini benar, maka turunkan hujan batu kepada kami.” Doa mereka juga tercantum dalam Surah Al-Anfal ayat 32.

Akan tetapi, Allah tidak langsung menanggapi permintaan orang-orang musyrik itu. Jika Allah langsung menimpakan azab kepada mereka, sama seperti Allah mengabulkan doa hamba-Nya yang meminta kebaikan, maka pasti mereka sudah musnah. Namun nyatanya tidak begitu. Allah sangat sabar dengan pertentangan yang orang-orang musyrik keluarkan. Allah memberi mereka kesempatan untuk bertaubat. Jadi tidak mengazab mereka terlebih dahulu.

Selanjutnya, pada ayat 12, Allah menjelaskan sifat umum manusia dalam hal pinta-meminta. Saat seseorang berada dalam keadaan kesulitan, ia akan berdoa kepada Allah seolah-olah belum pernah berdoa sebelumnya. Sehingga ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Kemudian Allah mengangkat musibahnya. Dia pun terbebas dari kesusahannya.

Namun, setelah ia bebas, ia malah lupa kepada Dzat Yang Maha Sabar. Ia tidak berdoa lagi kepada-Nya. Hal itu pun juga terjadi berulang kali. Tatkala Allah mengujinya lagi, ia kembali berdoa kepada Allah. Sama halnya ketika kita mempunyai kekayaan yang banyak. Teman-teman kita pasti mendatangi kita. Akan tetapi saat rezeki kita anjlok, mereka akan pergi. Kemudian saat kekayaa kita telah kembali lagi, mereka juga kembali. Bagaimana perasaanmu?

Jawaban Bijak Ulama Tanpa Tergesa-gesa

Ada sebuah kisah tentang seorang ulama yang kaya. Ulama tersebut juga memiliki teman. Teman-temannya pun datang karena sang ulama memiliki rezeki lebih. Namun, suatu hari, Allah menguji ulama tersebut. Yang awalnya kaya menjadi miskin. Pada akhirnya, teman-temannya tidak datang kembali.

Mengetahui hal itu, istri ulama tersebut bertanya, “Bagaimana teman-teman njenengan? Saat di sini lapang, mereka datang. Saat di sini miskin seperti ini, mereka pergi.” Ulama itu menjawab, “Mereka itu teman baik karena mereka tahu bawa aku bisa menghormati mereka dan memberi mereka yang terbaik. Sedangkan mereka tidak ke sini sebab mereka takut menyusahkanku karena kita tidak punya uang untuk memberi mereka.” Dari sini, sudah jelas bahwa ulama tersebut berprasangka baik kepada teman-temannya.

Maka dari itu, hendaknya setiap manusia tetap berprasangka baik kepada orang lain meski mereka melakukan hal sebagaimana di atas. Selain itu, Nabi Muhammad SAW berpesan, “Barang siapa yang ingin doanya diterima oleh Allah tatkala tertimpa musibah, maka hendaknya ia juga berdoa kepada Allah tatkala lapang dan nyaman.”

Rasulullah SAW juga bersabda, “Kalian harus berkenalan dengan Allah saat lapang, maka Allah akan mengenalimu saat kamu kesulitan.”

(Riki Mahendra Nur C/Mediatech)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK