Jujur Pangkal Mujur

Jujur Pangkal Mujur, Jujur Pangkal Mujur, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

One Day One Hadith

Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda :

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” [HR Muslim]

Catatan Alvers

Berbicara tentang kejujuran maka jujur tidak sebatas perkataan namun juga jujur dalam perbuatan. Imam ghazali berkata :

“Kejujuran itu berlaku pada enam perkara (ma’ani).

  1. Jujur dalam perkataan,
  2. Jujur dalam niat (ikhlas),
  3. Jujur dalam perencanaan (Semisal jika aku mendapat gaji aku akan sedekah kan separuhnya),
  4. Jujur dalam merealisasikan perencanaan tersebut.
  5. Jujur dalam perbuatan (dengan bersungguh-sungguh),
  6. Jujur dalam mengaplikasikan maqamat (station, derajat) dalam agama (seperti takut Allah, Mengharap Rahmat-Nya, Zuhud, Tawakkal, cinta dll). Maka barang siapa bisa jujur dalam 6 perkara tersebut maka ia disebut dengan “shiddiq”. [Ihya Ulumuddin]

Di zaman akhir ini kejujuran menjadi barang langka. Banyak yang menyangka bahwa kejujuran akan mendatangkan kerugian.

Jujur Pangkal Mujur

Jauh hari Rasul SAW telah mengingatkan dalam haditsnya :

تحرُّوا الصِّدْقَ، وَإِنْ رَأَيْتُمْ أنَّ فِيْهِ الْهَلكَةَ، فَإِنَّ فِيْهِ النَّجَاةَ

“Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan” [HR Suyuthi dalam Al-Jami’us Shaghir]

Tidak hanya itu, Jujur juga akan mendatangkan keberkahan. Rasul SAW bersabda :

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka menutup-nutupi dan berlaku dusta niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.” [HR Bukhari]

Ibnu Abbas RA berkata :

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ فَقَدْ رَبحَ: الصِّدْقُ وَالْحَيَاءُ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَالشًّكْرُ

“Empat perkara barang siapa yang memilikinya maka ia akan beruntung; Jujur, malu, etika dan syukur.” [Ihya Ulumuddin]

Jujur juga akan mendatangkan ketenangan (Jujur Pangkal Mujur). Rasul SAW bersabda:

دَعْ ما يَرِيبُكَ إِلَى مَا لا يَريبُكَ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمأنينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبةٌ

“Tinggalkanlah apa saja yang kamu ragu-kan dan beralihlah kepada yang tidak kamu ragu-kan, sesungguhnya kejujuran itu (mendatangkan) ketenangan dan kedustaan itu (mendatangkan) kebimbangan”[HR Tirmidzi]

Terlebih lagi ada slogan Jujur itu Mujur. Ya, Mujur di akhirat sebagaimana hadith utama di atas bahkan bisa jadi mujur di dunia.

Buah dari Kejujuran (Sebuah Kisah)

Ibnu Jarir ath-Thabari menceritakan kisah nyata yang terjadi pada musim haji tahun 240 H, Seorang dari Khurasan memberi pengumuman :

“Wahai para jamaah haji, Siapakah yang bersedia mengembalikan sebuah kantong milikku yang hilang yang berisi seribu dinar, semoga Allah melipat gandakan pahalanya”

Seorang kakek berkata: “Wahai orang Khurasan, negeri kami ini miskin, kondisinya berat. Boleh jadi hartamu ditemukan oleh seorang mukmin yang miskin. Seandainya dia mengembalikannya padamu, apakah kamu bersedia memberinya sedikit harta yang halal, sekedar 100 Dinar ?”

Khurasan berkata: “Tidak, tetapi aku menyerahkan urusannya kepada Allah”.

Ibnu Jarir mencurigai kakek tadi sehingga ia menguntitnya sampai rumahnya. Ternyata benar, ternyata kakek itulah penemu kantong tersebut.

Kakek tadi berkata: “Wahai Lubabah, Baru saja aku berjumpa dengan pemiliki kantong itu tetapi dia tidak mau memberi penemunya sedikit pun. Ia menyerahkan urusannya kepada Allah. Apa yang harus aku lakukan wahai Lubabah?

Lubabah, istrinya menjawab: “Suamiku, kita telah menderita kemiskinan selama 50 tahun. Kamu mempunyai empat anak perempuan, dua saudara perempuan, aku istrimu dan juga ibuku, lalu kamu yang kesembilan.”

“Maka belikanlah makanan dan pakaian untuk kami. Semoga Allah membuatmu kaya sesudah itu maka kamu bisa mengembalikan uang itu setelahnya!. Semoga Allah membuatmu kaya sesudah itu maka kamu bisa mengembalikan uang itu setelahnya!”

Kakek itu berkata : “Aku tidak akan melakukannya , apakah aku membakar perutku (makan akan barang haram) setelah 86 tahun?”

Keesokan harinya kakek itu berkata kepada pemiliki dinar : “Apakah kau sudi memberi penemunya sepuluh dinar saja?.”

Orang Khurasan itu menjawab dengan jawaban seperti kemarin : “Tidak, tetapi aku menyerahkan urusannya kepada Allah”.

Keesokan harinya, kakek itu menawar dengan 1 dinar saja namun pemiliknya tetap tak bergeming. Akhirnya kakek itu menarik Khurasani sambil berkata: “Kemarilah kamu. Ambillah dinarmu dan biarkan aku tidur di malam hari dengan nyenyak. Aku tidak pernah tenang sejak menemukan harta itu.”

Setelah diserahkan, Orang Khurasan itu berkata : Kakek, bapak ku telah wafat dan meninggalkan untukku tiga ribu dinar. Dia mewasiatkan kepadaku, “Ambil sepertiganya untuk diberikan kepada orang yang paling berhak menerimanya menurutmu”. Demi Allah, sejak aku berangkat dari Khurasan sampai di sini aku tidak melihat seseorang yang lebih berhak untuk menerimanya kecuali dirimu. Ambillah! [Shifatus Shafwah]

Jujur Pangkal Mujur

Demikianlah, jujur itu memang berat dilakukan karena hadiah-nya adalah surga.

Allah SWT berfirman :

هَذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً

“Hari Ini adalah hari dimana kejujuran akan bermanfaat bagi orang-orang yang jujur. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” [QS Al-Maidah : 119]

Abu Abdillah Ar-ramli bermimpi melihat Manshur ad-daynuri mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah bahkan mendapatkan sesuatu yang tak terkira. Ar-ramli bertanya : “Perangai apakah yang terbaik bagi seseorang untuk menuju Allah?”

ad-daynuri menjawab :

الصِّدْقُ وَأَقْبَحُ مَا تَوَجَّهَ بِهِ الْكَذِبُ

Kejujuran, dan yang paling jeleknya perangai adalah bohong. [Ihya Ulumuddin]

Jujur Pangkal Mujur, Di sini saya teringat dengan wejangan-wejangan Sayyidil Walid KH. M. Badruddin yang membuat para santri bisa jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba ada dua atau tiga santri menghadap, mereka membuat pengakuan pernah ambil kue di kantin melebihi dari uang yang dibayarnya, ada yang mengaku pernah men-ghasab baju temannya, ada juga yang mengaku telah merusak inventaris dan bersedia menggantinya bahkan ada juga yang mengaku atas kesalahan masa lalunya yaitu mencuri uang di kantin semasa ia masih di sekolah dasar dll. Lahul Fatihah.

Wallahu A’lam.

Salam Satu Hadits, Dr. KH. Fathul Bari Alvers

Pondok Pesantren Wisata An Nur II Al Murtadlo Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani Ayo Mondok! Mondok Itu Keren Lho!

NB : Hak Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. Silahkan Share tanpa mengedit artikel ini.

Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK