Perjalanan di Malam Hari dan Buraq

Perjalanan di Malam Hari dan Buraq, Perjalanan di Malam Hari dan Buraq, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Pada suatu ketika, saat malam telah tiba. Kerlap-kerlip bintang di langit cerah menjadi pesona yang begitu berharga. Merekalah yang menjadi saksi akan kemuliaan seorang manusia. Saat itu bertepatan tanggal 27 Rajab, tahun 11 kenabian. Nabi Muhammad SAW sedang beristirahat, beliau tidur menyamping di samping Hijir Ismail, dekat Baitullah. Di samping kanan dan kiri beliau ada dua orang pemuda, yaitu Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ja’far bin Abi Tholib.

 

Tiba-tiba, di tempat tersebut, datanglah tiga malaikat kepada beliau, Jibril, Mikail dan Isrofil. Kemudian ketiga malaikat itu membopong Nabi Muhammad hingga sumur Zam-Zam. Lantas beliau ditelentangkan di sana.

 

Di dalam sebuah riwayat lain dijelaskan, bahwa tiba-tiba atap rumah nabi tersingkap. Lantas Malikat Jibril masuk. Setelah itu Jibril membedah/mengoperasi dada Nabi Muhammad.

 

Pembedahan itu dimulai dari bawah leher hingga sampai di bawah perut. Malaikat Jibril kemudian berucap kata kepada Malaikat Mikail, “Ambillah bokor emas yang berisikan air Zam-Zam. Saya hendak menyucikan hati dan batinnya (manah) Muhammad SAW. ” Setelah itu, Malikat Jibril mengeluarkan hati Nabi Muhammad SAW sampai tiga kali dan membuang semua kotoran yang terdapat di dalam batin beliau. Dan malikat Mikail pun mondar-mandir sambil membawa tiga bokor emas yang di dalamnya berisikan air Zam-Zam.

 

Setelah melakukan semua itu, kemudian Mikail membawa bokor emas yang isinya penuh dengan hikmah dan iman. Selanjutnya, isi bokor tersebut ditumpahkan ke dalam hati Nabi hingga batin beliau berisi penuh dengan sifat sabar, alim, yakin, dan islam.

 

Lantas dikembalikan seperti sediakala. Dan diberikan gelar kenabian oleh ketiga malaikat tersebut. Sebagai kendaraan Isra’, telah disediakan Buraq untuk Nabi, lengkap dengan pelana dan kendalinya.

Buraq, Si Kendaraan dari Surga

 

Buraq adalah sejenis hewan yang berbuluh putih, tinggi melebihi Himar dan lebih pendek dari Bighol. Sekali melangkahkan kaki, sejauh mata memandang dapat ia tempuh. Kedua telinganya selalu bergerak-gerak. Saat naik gunung, kedua kaki belakangnya memanjang. Dan saat turun gunung, kedua kaki depannya memanjang. Buraq itu memiliki sepasang sayap di kedua pahanya. Kedua sayap itu berfungsi untuk membantu kecepatan larinya.

Buraq berjingkrak-jingkrak memperlihatkan kekuatannya. Lantas Jibril meletakkan kedua tangannya tepat di kepala Buraq dan berkata, “Tidakkah kamu malu, wahai Buraq? Demi Allah! Orang yang hendak menaikimu ini adalah orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT.” Lantas Buraq tersipu malu hingga keringatnya berkucuran laksana rerintik hujan. Dan dia pun tenang. Hingga  Nabi naik di atas punggungnya.

Bukan Buraq biasa, Buraq itu sebenarnya sudah pernah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Sa’id bin Musayyap menjelaskan bahwa, “Buraq itu merupakan kendaraannya Nabi Ibrahim AS yang biasanya dinaiki untuk bepergian ke Baitul Haram (Makkah)”.

Mengendarai Buraq tersebut, Nabi berangkat dengan didampingi Malikat Jibril di sebelah kanan dan Malikat Mikail di sebelah kiri. Menurut keterangan Ibnu Sa’id, “Jibril bagian memegang tempat duduknya, Mikail memegang tali kendalinya”.

 

disadur dari kitab Dardir Mi’raj

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK