HIKMAH KURBAN PERTAMA

, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo


ONE DAY ONE HADITH

Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasul SAW bersabda :


مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا


Tidak ada amalan anak adam yang lebih dicintai Allah pada hari raya kurban kecuali menyembelih hewan kurban. Karena ia akan datang pada hari kiamat bersama tanduk, bulu, dan kukunya. Sesungguhnya (pahala) darah kurban lebih dulu sampai kepada Allah sebelum darah itu jatuh ke tanah. Maka senanglah kalian berkurban. [HR Tirmidzi]

Catatan Alvers

Kurban yang dilakukan setiap hari raya Idul Adha merupakan syariat jadul dari “man qablana” (orang-orang sebelum kita) tepatnya dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS yang menyembelih kambing sebagai ganti dari putanya, Nabi Ismail. Namun demikian, lebih jauh lagi ternyata kurban telah ada pada kisah manusia pertama yakni Nabi Adam AS dan anak-anaknya. Dan memang demikian, karena Kambing tebusan Nabi Ismail teryata adalah kambing surgawi yang dibawa oleh malaikat jibril yang asalnya adalah kurbannya Habil yang disambar api lalu menghilang. [Tafsir Jalalain] Allah SWT berfirman :


وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ


Ceritakanlah kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka dan tidak diterima dari yang lainnya…[QS Al-Maidah:27]

Syeikh Ahmad bin Muhmmad As-Shawi dalam Hasyiyah Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa setelah 100 tahun Nabi Adam dan Hawa diturunkan dari surga, mereka dikaruniai anak kembar pertamanya bernama Qabil dan saudarinya dan setahun kemudian lahirlah sepasang anak kembar yaitu Habil dan saudarinya. Siti Hawa mengalami kehamilan sebayak 20 kali dan di setiap kehamilan ia mengandung dua anak kembar sepasang, laki dan perempuan.

Ketika Qabil dan Habil dewasa, maka Nabi Adam mengawinkan Qabil dengan saudarinya Habil dan sebaliknya Habil dinikahkan dengan saudarinya Qabil. Begitulah syariat ketika itu, seorang anak lelaki dari Nabi adam dikawinkan dengan putri dari kandungan yang berlainan.

Perjodohan ini ditentang oleh sang kakak, Qabil karena wanita yang akan dinikahinya yaitu saudari kembarnya Habil itu berwajah buruk sementara saudari kembarnya sendiri yang dijodohkan dengan Habil adalah wanita yang cantik rupawan. Qabil berkilah kepada ayahnya, Adam : “Engkau memberikan perjodohan ini berdasarkan kemauanmu sendiri bukan dari Allah”. Nabi Adam lalu berkata :


قَرِّبَاً قُرْبَانًاً فَأَيُّكُمَا تُقُبِّلَ مِنْهُ فَهُوَ أَحَقُّ بِالْجَمِيْلَةِ


Keluarkanlah qurban, maka siapa saja di antara kalian berdua yang kurbannya diterima ia lebih berhak menikahi wanita yang cantik. [Hasyiyah As-Shawi]

Habil lalu pergi untuk mengambil kambing terbaiknya untuk dijadikan kurban sementara Qabil mengambil sekarung gandum yang terjelek dari hasil pertaniannya. Kala itu, tanda diterimanya kurban adalah turunnya api dari langit untuk menyambar kurban yang diterima. Dan ternyata kurban Habil yang diterima dengan pertanda berupa api yang menyambar kambingnya dan lenyap seketika.

Melihat kejadian ini Qabil marah kepada adiknya. Marah karena kurbannya tidak diterima dan itu artinya ia gagal menikahi saudarinya yang cantik. Iapun naik pitam dan hendak membunuh adiknya yang dianggap biang keladi dari semua kesialannya. Habil memberikan penjelasan bahwa penyebab diterima atau ditolaknya kurban bukanlah dirinya, akan tetapi karena ketaqwaan seseorang yang berkurban. Allah SWT berfirman :


قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ


Ia (Qabil) berkata: “Aku akan membunuhmu!”. Habil menjawab: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” [QS Al-Maidah:27]

Habil berkata benar karena yang sampai kepada Allah bukan dzatiyah kurbannya melainkan ketaqwaan dari seseorang yang berkurban. Maka pahala berkurban telah sampai kepada Allah sebelum darah jatuh ke tanah sebagaimana keterangan hadits utama di atas. Dan Allah SWT berfirman :


لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ


“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya”. [QS Al-Hajj: 37]

Dengan demikian sampai di sini, Qabil dinilai tidak bertaqwa karena telah melakukan dua kesalahan, yaitu menentang perintah orang tua mengenai perjodohan di atas dan kedua ketidak-ikhlasannya dalam berkurban yaitu dengan mengeluarkan kurban berupa harta yang terjelek dari yang dimilikinya. [Hasyiyah As-Shawi]

Mendengar rencana pembunuhan ini, Habil tidak bergeming. Ia tidak ingin meladeni rencana pembunuhan tersebut. Ia berkata :


لَئِن بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَآأَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ


“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” [QS Al-Maidah:28]

Lebih lanjut Habil memperingatkan kakaknya akan akibat niat jahatnya :


إِنِّي أُرِيدُ أَن تَبُوأَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَآؤُا الظَّالِمِينَ


“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim.” .” [QS Al-Maidah:29]

Namun ia telah dibutakan oleh hawa nafsunya. Allah SWT berfirman :


فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ


Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu ia membunuhnya, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. [QS Al-Maidah:30]

Maha benar Allah, sungguh merugi orang yang dikuasai oleh hawa nafsurnya. Maka dari itu, hatiAl-Bushiri memberikan nasehatnya :


فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ # إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصْمِ أَوْ يَصِمِ


Jangan pedulikan keinginan hawa nafsu dan waspadalah, jangan sampai hawa nafsu menguasaimu karena sesungguhnya hawa nafsu bila berkuasa ia bisa membunuh atau mendatangkan aib bagimu. [Burdah]

Dan orang yang menuruti hawa nafsunya semata adalah orang yang paling sesat. Allah SWT berfirman :


وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ


Dan tiadalah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. [QS Al-Qashash : 50]

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk semakin termotivasi untuk berkurban di hari raya kali ini dengan disertai jiwa yang taqwa dan jauh dari rayuan hawa nafsu.

Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama). [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK