Hamba Pendosa yang Allah Cinta

annur2.net – Apa gunanya neraka jika tidak ada pendosa? Dia Maha Pengampun, lantas Ia memberikan ampunan-Nya kepada siapa? Jangan heran jika semakin ke sini semakin banyak manusia yang melenceng dari kebenaran. Begitu banyak netralisasi perbuatan buruk di masa kini, malahan berbuat baik terasa aneh.

Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an, generasi setelah kenabian akan banyak para penyeleweng yang akan Ia masukkan ke dalam jurang Jahanam. Hal itu tertuang dalam surah Maryam ayat 59:

 فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

“Maka datanglah sesudah mereka (para nabi), pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”

Memang sudah sunnatullah manusia selalu berdosa. Bahkan dalam suatu hadis meriwayatkan jika terdapat suatu kaum yang tidak berdosa sama sekali, Allah akan membinasakannya dan mengganti dengan kaum yang berdosa. Sehingga mereka akan meminta ampunan dan Allah mengampuninya. Berikut hadisnya,

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً: «والذي نفسي بيده، لو لم تذنبوا، لذهب الله بكم، وجاء بقوم يُذْنِبُونَ، فيستغفرون اللهَ تعالى، فيغفر لهم» [رواه مسلم]

“Dari Abu Hurairah ra., secara marfu’, ‘Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, kalau seandainya kalian tidak berbuat dosa, ‎sungguh Allah akan membinasakan kalian, dan Allah akan mendatangkan suatu kaum ‎yang berbuat dosa, lalu mereka beristigfar kepada Allah Ta’ala, lalu Allah mengampuni ‎mereka.’” (HR. Muslim)

Pemahaman dari hadis tersebut bukan berarti Allah tidak suka pada hamba yang taat. Hadis di atas bisa kita pahami Allah itu cinta pada hambanya yang telah berbuat salah meminta ampun kepada-Nya. Hal itu juga menunjukkan begitu agung pengampunan-Nya untuk makhluk-Nya yang pasti akan Ia ampuni segala kesalahanya, asalkan mau bertobat. Sebagaimana isi kandungan ayat selanjutnya,

. إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam ayat 60)

Menjadi Pendosa yang Allah Cinta

Dari keterangan di atas kita tahu manusia tidak akan lepas dari dosa. Agar Allah tetap mencintai kita meski pendosa, caranya dengan tobat. Seorang ulama mengatakan manusia terbaik bukan yang tidak pernah salah melainkan yang salah kemudian langsung bertobat. Lantas bagaimana supaya tobat kita diterima?

Dalam syarah kitab Kifayah Al-‘Awam, tobat secara bahasa artinya “kembali”. Sedangkan secara istilah merupakan ungkapan bagi seseorang yang meninggalkan perbuatan dosanya sekaligus adanya penyesalan serta tekad untuk tidak mengulangi lagi. Dengan demikian syarat bertobat ada tiga: meninggalkan maksiat, menyesal dan bertekad tidak mengulangi lagi. Salah satu tidak ada, orang itu belum bisa dianggap bertobat.

Kita juga tidak usah ragu ketika berulang kali terjerumus maksiat. Kapan pun kembali pada-Nya, Ia akan selalu menerima kita. Pengampunan-Nya lebih besar dari pada dosa kita. Ia tidak akan marah meski kamu telah melanggar perintah. Tidak seperti manusia yang biasanya akan kesal mungkin juga dendam tatkala kita berbuat jelek padanya.

Seandainya kamu akan bepergian dengan kuda. Semua barang dan perbekalan termuat di punggungnya. Suatu saat kamu ingin istirahat untuk tidur sejenak di bawah pohon. Ketika bangun, kamu terkejut kuda yang menopang semua barang bawaanmu hilang entah kemana. Kamu panik dan mencoba mencarinya. Segala arah telah kamu telusuri tapi tidak membuahkan hasil. Kamu kembali ke bawah pohon itu hingga tertidur di sana. Tiba-tiba keajaiban datang, ketika kamu membuka mata kudamu sudah kembali ke tempat semula.

Pertanyaannya apakah kamu akan marah ke kudamu hingga menyiksa atau membunuhnya? Atau malahan kamu sangat bahagia dan akan lebih menjaga kudamu? Begitu juga Allah pada hamba-Nya yang tersesat. Ia akan sangat menerima kedatangan seorang hamba yang ingin mendekat pada-Nya.

Obrolan Kiai dan Sopirnya

Mungkin di antara kita berpikiran buat apa diki-dikit tobat kalau masih sering maksiat. Mending nunggu sampai memang tidak akan bermaksiat lagi. Statemen seperti ini adalah kesalahan besar. Mau sampai kapan kita akan benar-benar suci dari dosa. Sebagaimana pernyataan tadi, manusia tak akan lepas dari dosa, maka segera bertobat selagi sempat. Berdosa langsung tobat, berdosa lagi tobat lagi.

Terdapat kisah seorang sopir yang bertanya pada kiainya. Dalam mobil ia bertanya bagaimana jika kita berbuat dosa? Kiai itu menjawab, “Ya tobat.” Ia melontarkan pertanyaan lagi, “Kalau berdosa lagi?” “Tobat lagi,” timpal kiainya. Ia menegaskan kembali “Kalau berdosa lagi?” “Ya tobat lagi.” Kebingungan merasuki pikirannya, “Buat apa sering tobat kalau masih sering berdosa?” belum sempat kiainya menjawab sudah datang di tempat acara.

Setelah acara kiainya melihatnya mencuci mobil. Ia bertanya padanya “Kenapa kok dicuci?” “Supaya bersih kiai.” Jawabnya. Kiainya lanjut bertanya, “Nanti kan kotor lagi, buat apa kamu cuci?” Ia menjelaskan agar mobil tetap bersih kapan pun saat ingin memakainya. Kemudian kiainya menjawab pertanyaan yang belum sempat ia jawab tadi, “Seperti itu juga manusia, kalau berdosa langsung tobat, berdosa lagi tobat lagi, supaya kapan pun ajal datang ia sudah dalam keadaan bersih.”

(Ahmad Basunjaya I. K. F./Mediatech An-Nur II)