First Safety

First Safety, First Safety, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

SATU HARI SATU HADITH

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rasul SAW bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

“Safety First” (utamakan selamat) adalah semboyan yang sering kita temui terdapat di papan perusahaan atau di belakang bak truk. Semboyan ini lazim dipahami dalam keselamatan kerja guna mewujudkan slogan berikutnya “Zero Accident” (nihil kecelakaan) yakni dalam mengerjakan suatu pekerjaan diupayakan tidak menyebabkan kecelakaan baik diri sendiri maupun orang lain.

 

Kalau kita sadari,  keselamatan tidak hanya dibutuhkan dalam ruang lingkup pekerjaan semata, namun keselamatan senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari baik ketika bekerja, beristirahat maupun ketika bermasyarakat. Bahkan “mengutamakan kesalamatan” tidak hanya dalam urusan duniawi saja namun juga ukhrawi. Itulah kiranya mengapa slogan “safety first” menjadi penting untuk diterapkan dalam kehidupan kita.

 

Membicarakan “safety first” (utamakan selamat) tak terlepas dari “first safety” (keselamatan pertama). Faktor penentu keselamatan yang utama adalah menjaga lisan (mulut/perkataan). Sayyidina Ali KW berkata :

سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ

“Keselamatan seseorang itu terdapat dalam menjaga ucapannya” [Al-Yusi, Al-Muhadlarat fi Al-Lughat wa al-Adab]

 

Keselamatan karena menjaga lisan tidak hanya keselamatan di dunia namun juga di akhirat dengan memperoleh surga sebagaimana hadits :

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (maksudnya: mulut) dan apa yang ada di antara dua kakinya (maksudnya: kemaluan), niscaya aku menjamin surga baginya” [HR Bukhari]

Suatu ketika, Nabi SAW berkata kepada Mu’adz bin Jabal RA :

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا

“Jagalah (kekanglah) lisanmu ini.”
Maka Mu’adz RA berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟

“Wahai Rasul, apakah kita akan disiksa gara-gara ucapan-ucapan kita?”
Maka, Rasul SAW menjawab:

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Ingatlah wahai Muadz, tidaklah manusia dimasukkan neraka (dengan diseret) wajah atau (lubang) hidungnya melainkan karena hasil dari perkataan-perkataan mereka” [HR Tirmidzi]

Menguatkan hal ini, Sayyidina Ali KW berkata:

آفَةُ الْإِنْسَانِ مِنَ اللِّسَانِ

“Kecelakaan seseorang berasal dari ucapannya” [Al-Yusi, Al-Muhadlarat fi Al-Lughat wa al-Adab]

Prinsip Dalam Berbicara

Maka hendaknya setiap kita memperhatikan pembicaraan kita, karena hal itu akan menentukan selamat atau celaka, sukses atau gagal. Tak terkecuali dalam dunia pemasaran, berbicara (komunikasi) merupakan faktor penentu apakah sebuah produk dapat diterima pasar atau tidak. Begitu pula dalam rumah tangga, penulis buku seri “Wonderful Family”, Cahyadi Takariawan, mengungkapkan bahwa 70% persoalan suami istri dipicu oleh kegagalan pembicaraan (komunikasi).

Ada beberapa prinsip qaul (berbicara) dalam al-qur’an. Berikut saya sebutkan sesuai urutan ayatnya :

1. Qaulun Ma’ruf yang artinya Perkataan Yang Baik. Allah swt berfirman :

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” [QS. Al Baqarah : 263]

2. Qaulan Sadida yang artinya Perkataan Yang Benar, Allah SWT berfirman :

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” [QS. An Nisa : 9]

3. Qaulan Baligha yang artinya Perkataan Yang Membekas di Jiwa.

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” [QS. An Nisa : 63]

4. Qaulan Karima yang artinya Perkataan Yang Penuh Hormat (kepada orang tua, guru, penguasa, dll)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al Isra : 23]

5. Qaulan Maysura yang artinya Perkataan Yang Mudah atau Ringan (mudah dimengerti lawan bicara misalnya dari aspek pendidikan dan mudah diterima oleh perasaan saat dialog berlangsung, dll)

وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah.” [QS. Al Isra : 28]

6. Qaulan Layyina yang artinya Perkataan Yang Lembut (tidak emosi dan tidak disertai hardikan terutama dalam mengingatkan penguasa atau guru yang lalai)

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [QS. Thaha : 44]

Jika seseorang tidak bisa memenuhi enam prinsip qaul di atas, maka hendaknya dia menutup mulutnya rapat-rapat sebagaimana hadits utama di atas. Senada dengan hadits tersebut, dalam pepatah arab dikatakan :

‘أَحَقُّ شَيْءٍ بِسجْنٍ لِسَانٌ

“Sesuatu yang paling berhak untuk ditahan adalah mulut” [Abu Hilal Al-Askari, Jamharat al-Amtsal]

Dengan demikian kita akan selamat. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan kita bisa memenuhi enam prinsip qaul di atas atau kuat untuk menahan mulut dari berbicara yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Salam Satu Hadith,

DR.H.Fathul Bari Bin Badruddin Pengasuh PP An-Nur II Malang

 

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK