Film Trilogi Karya Santri An-Nur II

film trilogi, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Rilis Hari Ini! Film Trilogi Karya Santri An-Nur II Untuk Nusantara

Apa jadinya Indonesia tanpa santri? Tentu akan lebih parah dari apa yang kita lihat sekarang ini. Peran pesantren tidak hanya dalam memperebutkan kemerdekaan bangsa, tapi juga mempertahankannya. Sampai saat ini, santri masih punya peran besar dalam kelangsungan hidup rakyat Indonesia. Tidak hanya di bidang pendidikan keagamaan, tetapi juga bidang politik, ekonomi, kesehatan, dan bidang-bidang lain. Maka sebab itu, tidak berlebihan bila 22 Oktober diperingati sebagai hari santri.

Setelah melalui banyak pertimbangan, terkait kapan hari santri dirayakan, tercetuslah kemudian Perpres presiden Ir. H. Joko Widodo, 15 Oktober 3 tahun silam bahwa Hari Santri Nasional (HSN) ditetapkan pada 22 Oktober, yang saat itu bertepatan dengan peringatan 1 Muharrom.

22 Oktober bukan sebatas tanggal biasa. Dalam sejarah pesantren-santri, tanggal itu merupakan senjata sakral yang tidak bisa dianggap remeh atau ceteh. Karena hari itu pula, 73 tahun silam, resolusi jihad gagasan KH. Hasyim Asy’ari yang ‘memprovokatori’ arek-arek Surabaya dan sekitarnya gagah tegap melawan Belanda.

Oleh karenanya, Pesantren Wisata An-Nur II turut serta menjunjung martabat Hari Santri Nasional lewat karya berupa film yang akan dirilis serentak bersama perayaan Hari Santri Nasional 22 Oktober tahun ini.

PROFIL: Mengenal Pesantren Salaf Semi Modern

Memperbarui video profil sebelumnya, Pesantren An-Nur II yang berdiri sejak 39 tahun, menggagas video atau cuplikan terkait lanskap pesantren yang terbaru. Dalam hal ini, Multimedia An-Nur II sebagai sarana publikasi, berusaha memberi info audiovisual yang disampaikan melalui tayangan video.

Film yang bertemakan “Profil Pesantren Wisata An-Nur II” ini mulai digarap sejak Agustus 2018 oleh divisi ‘An-Nur II Movie’ di bawah naungan Multimedia. Divisi yang terdiri dari 4 anggota itu, menggagas video profil ini dengan titik tekan “Pesantren Wisata” sebagai branding utama Pondok Pesantren An-Nur II.

Selain menyajikan tayangan terkait info dan suasana Pesantren, film ini juga mencitrakan kolaborasi kurikulum pesantren (kitab kuning) dengan Pendidikan formal. Sehingga dengan durasi waktu 5 menit, video profil ini mampu menampik asumsi masyarakat bahwa santri hanya bisa ngaji, bukan yang lain.

Film ini telah memperoleh persetujuan pengasuh. “insyallah besok film ini akan dirilis, bersatu dengan perayaan Hari Santri Nasional”, ucap Ust. Muh. Bika, selaku Pimpinan Multimedia, Ahad (21/10).

ZAIDUN: Artis Pesantren yang Tak Tertandingi

Lagi- lagi Zaidun, dikit-dikit Zaidun. Ya, memang Zaidun adalah sohor pesantren. Santri mana yang belum kenal atau minimal lah mendengar namanya? Coba tilik, kitab gramatikal (Nahwu) yang sama sekali tidak mencantumkan namanya. Adakah?

Oleh karenanya, banyak dari berbagai kalangan sering mempertanyakan siapa sebenarnya Zaidun yang selalu disebut atau dikenal dalam kitab itu. Maka, Film “Ja’a Zaidun (Zaid datang)” karya santri kreatif An-Nur II, hadir untuk mengungkap jati diri Zaidun.

Tepat dengan hari sucinya, Zaidun bermain sebagai aktor utama dalam film ini. Terdiri kurang lebih 12 orang, film yang diselesaikan selama 2 minggu menjelang HSN ini akan dirilis pada malam 22 Oktober 2018 sebagai kado spesial Hari Santri Nasional.

Beberapa tayangan dalam film ini menitiktekankan pada budaya Kitab Kuning ala pesantren. Sekilas saja, adegan dalam film “Ja’a Zaidun” ini menggambarkan seorang santri yang enggan belajar kitab kuning karaena ia menganggap bahwa belajar kitab kuning sama saja bertindak kolot dan mungkin taka ada gunanya. Inisiatif terbit film ini berdasarkan dawuh pendiri Pesantren An-Nur II, Almaghfurlah KH. Badruddin Anwar, bahwa “Santri yang enggan belajar kitab kuning, samahalnya kambing yang enggan makan rumput”.

“Film ini murni seratus persen digagas atas pesan pendiri, Almaghfurlah KH. Badruddin Anwar”, kata Afif, yang menjadi sutradara dari film ini.

MULTITALENT: Santri Ora Mung Biso Ngaji

Muhammad bin Idris atau biasa dikenal dengan Imam Syafi’i pernah bertutur, rida manusia tidak akan tersampai, sedangkan rida Allah jangan sampai ditinggalkan. Tautan tersebut seolah meiliki hubungan erat dengan nama santri. Bahwa banyak sekali anggapan bahwa santri, yang berdomisili di pesantren itu, hanya mampu dalam hal pengajian saja. Padahal fakta banyak yang angkat bicara.

Seperti pada hari-hari kemarin. Sudah maklum siapa 2 orang yang maju menjadi Cagub-nya. Dari golongan mana. Kaum santri, bukan?

Lebih dekat lagi dengan perayaan HSN, santri An-Nur II merancang sebuah film Full Bahasa Arab dengan tema Santri Ora Mung Biso Ngaji. Divisi ‘An-Nur II Movie’ telah memulai penyutingan sepekan pra hari perayaan. Tepat pada 22 Oktober 2018 besok, film ini akan terbit dan dirilis setelah mendapat persetujuan pengasuh.

 

Film yang dimainkan oleh kurang lebih 15 santri ini, memang khusus dirancang dengan audio sarat Bahasa Arab. Aktor didominasi oleh santri kelas 1 dan 3 SMA yang bermukim di asrama bahasa. Selain untuk pertunjukan, film ini juga sebagai wujud penghormatan terhadap ‘ulama serta merupakan apresiasi santri dalam merayakan Oktober bulan bahasa.

“Film ini sengaja disajikan dengan bahasa arab spesial untuk peringatan HSN. Dan pringatan itu bukanlah seremonial biasa. Tapi semuanya tersimpan di dalamnya. Seperti semangat resolusi jihad”. Papar Lukman, sutradara film “Santri Ora Mung Biso Ngaji”, saat diwawancarai di Kantor Multimedia, Ahad (21/10).

Ilham Romadhan
(21/10/2018)

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK