Sebuah Pelajaran dari Para Nabi Penghuni Langit

Sebuah Pelajaran dari Para Nabi Penghuni Langit, Sebuah Pelajaran dari Para Nabi Penghuni Langit, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Ke-1

 

Lantas pintu langit pun segera di buka, tatkala keduanya masuk. Tiba-tiba di tempat tersebut berjumpa dengan Nabi Adam AS, yaitu bapak dari seluruh umat manusia. Adapun keberadaannya masih tetap sama seperti ketika diciptakan oleh Allah SWT (kulitnya tetap putih kemerah-merahan dan bercahaya, tinggi badanya kira-kira 60 dziro’ atau kurang lebih 29 meter. Lebar dadanya kurang lebih 7 dziro’ atau kurang lebih 3 meter).

 

Didatangkan kepada Nabi Adam AS arwahnya para nabi dan keturunannya yang beriman. Lantas Nabi Adam berkata, “Roh suci dan sukma yang bagus! Sama-sama masuklah kalian semua di dalam surga Firdaus / Illiyyin.”

 

Lantas didatangkan lagi kepada Nabi Adam AS roh-roh keturunannya yang sama-sama kafir. Dan Nabi Adam AS pun berkata, “Roh-roh yang busuk dan sukma yang durhaka, sama-sama masuklah kalian semua di dalam neraka Sijjin.”
Dan Nabi Adam AS melihat dari arah kanannya ada bayang-bayang (gerombolan-gerombolan nyawa) hitam dan pintu. Dan dari pintu tersebut, keluarlah aroma yang sangat semerbak harum. Dan dari arah kiri, Nabi Adam AS melihat bayang-bayang dan pintu. Dari pintu tersebut keluarlah aroma yang yang sangat busuk dan menyengat.
Ketika Nabi Adam AS menoleh ke arah kanan, dirinya bangga dan bergembira. Dan ketika menoleh ke kiri, dirinya sedih dan menangis.

 

Lantas  Nabi bersalam kepada Nabi Adam AS. Dan Nabi Adam AS pun menjawab salam beliau. Nabi Adam AS lantas berkata, “Selamat datang wahai anakku yang shalih dan nabi yang shalih.” Lantas  Nabi bertanya, “Siapa itu ya Jibril?” Jibril menjawab, “Beliau adalah Bapak moyang Baginda Rasul, yaitu Nabi Adam AS. Adapun bayang-bayang hitam itu adalah keturunan Nabi Adam AS.

 

Lantas  Nabi melanjutklan perjalanannya kembali yang tidak jauh dari tempat tadi. Dan bertemulah beliau dengan orang-orang yang senang memakan harta riba dan harta benda anak yatim. Beliau juga bertemu dengan orang-orang yang gemar berzina dan sebagainya. Keberadaan mereka sangat menyedihkan dan mengenaskan (buruk). Seperti fenomena terdahulu. Justru malah lebih menyedihkan.

 

Ke-2

Sebagaimana Nabi mulai memasuki langit pertama, malaikat penjaga pintu bertanya perihal perizinan masuk ke dalam pintu itu. Dengan mengantongi izin Allah, Nabi dan Jibril memasuki pintu itu.

 

Kemudian pintu langit pun segera dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka bertemu dengan Nabi Isa AS bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria yang keduanya hampir serupa pakaian dan rambutnya (ibunya nabi Yahya masih bersaudara dengan  Maryam). Keduanya ditemani oleh sekelompok kaumnya.

 

Nabi Isa itu berperawakan standar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Rambutnya panjang, kelihatan seperti orang yang baru saja mandi. Wajahnya serupa dengan Yarwah bin Mas’ud-ats Tsaqafi.  Nabi lantas berucap salam kepada Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Keduanya menjawab salam tersebut dan berkata, “Selamat datang saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Keduanya pun mendoakan  Nabi dengan do’a yang bagus.

 

Ke-3

 

Sebagaimana Nabi mulai memasuki langit pertama, malaikat penjaga pintu bertanya perihal perizinan masuk ke dalam pintu itu. Dengan mengantongi izin Allah, Nabi dan Jibril memasuki pintu itu.

 

Kemudian pintu langit pun segera dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka berdua berjumpa dengan Nabi Yusuf AS yang ditemani oleh sebagian umatnya.  Nabi bersalam kepada Nabi Yusuf AS. Lantas Nabi Yusuf AS menjawab salam tersebut. Dan berkatalah Nabi Yusuf AS, “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih!” Nabi Yusuf pun mendo’akan  Nabi dengan do’a yang luhur.

 

Ketampanan Nabi Yusuf tersebut menyamai setengah dari ketampanan  Nabi Muhammad SAW. Menurut salah satu riwayat, “Nabi Yusuf itu dianugrahi raut wajah yang indah melebihi keindahan wajah seluruh umat manusia. Wajahnya laksana bulan purnama yang sinar terangnya melebihi terang sinar semua bintang.”  Nabi bertanya, “Siapa dia wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah saudara Baginda Rasul. Namanya Nabi Yusuf AS.”

 

Ke-4

 

Sebagaimana Nabi mulai memasuki langit pertama, malaikat penjaga pintu bertanya perihal perizinan masuk ke dalam pintu itu. Dengan mengantongi izin Allah, Nabi dan Jibril memasuki pintu itu.

 

Pintu langit lalu dibukakan. Setelah itu mereka berdua masuk. Tiba-tiba  Nabi dan Malikat Jibril bertemu dengan Nabi Idris AS yang dimuliakan Allah SWT di tempat yang tinggi dan mulia.  Nabi bersalam. Dan dijawablah salam tersebut oleh Nabi Idris AS. Beliau berkata, “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Lantas Nabi Idris mendo’akan  Nabi Muhammad dangan do’a yang luhur.

 

Ke-5

 

Sebagaimana Nabi mulai memasuki langit pertama, malaikat penjaga pintu bertanya perihal perizinan masuk ke dalam pintu itu. Dengan mengantongi izin Allah, Nabi dan Jibril memasuki pintu itu.

 

Setelah itu pintu langit pun dibuka. Kemudian  Nabi dan Malikat Jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua berjumpa dengan Nabi Harun AS yang rambut dan jenggotnya sebagian putih dan sebagian hitam. Jenggot tersebut menjuntai ke bawah sepanjang pusar, sebab sangat panjangnya. Nabi harun dikerumuni oleh kaum Bani Israil. Saat itu Nabi Harun bercerita kepada kaum tersebut.

 

Nabi bersalam dan dijawab. Lantas Nabi Harun berucap, “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih!” Kemudian Nabi Harun mendo’akan  Nabi dengan do’a yang baik.  Nabi bertanya kepada Malikat Jibril, “Siapakah dia ya Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah seorang lelaki yang sangat dicintai oleh kaumnya. Namanya Nabi Harun bin Imran.”

 

Nabi Muhammad, Nabi Musa, dan Bani Israil

 

Memasuki pintu langit ke-6, pintu langit pun dibuka. Setelah itu mereka berdua masuk. Lantas  Nabi bertemu dengan beberapa nabi yang saling diiringi oleh para kaumnya, namun hanya sedikit.  Nabi juga berjumpa dengan nabi-nabi yang bersama kaumnya. Juga bertemu dengan nabi-nabi yang tidak berpengikut.

 

Kemudian  Nabi berjumpa dengan serombongan orang yang sangat banyak yang memenuhi segala penjuru (segala arah).  Nabi bertanya, “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Mereka adalah Nabi Musa AS dan para pengikutnya. Namun saya harap Baginda Rasul untuk mengangkat kepala.” Tiba-tiba  Nabi melihat serombongan orang yang juga berjumlah sangat banyak yang memenuhi segala penjuru. Jibril berkata, “Mereka semua adalah umatmu wahai Baginda Rasul.” Adapun selain iring-iringan tersebut, ada tujuh puluh ribu orang yang akan masuk surga tanpa dihisab, (semoga kita masuk dalam golongan tersebut).

 

Setelah  Nabi dan Malikat jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua bertemu dengan Nabi Musa AS bin Imran. Nabi Musa itu seorang lelaki yang berkulit putih kemerah-merahan. Tinggi badannya seperti orang Syanuah. Banyak-tebal bulunya. Apabila memakai baju rangkap dua, sungguh akan robek tertembus bulu tersebut.

 

Lantas  Nabi bersalam, dan salam tersebut dijawab oleh Nabi Musa AS. Kemudian Nabi Musa berucap, “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Nabi Musa AS juga berdo’a untuk  Nabi dengan do’a yang luhur. Nabi Musa berkata, “Semua orang sama-sama berpikiran bahwa saya adalah orang termulia di hadapan Allah SWT dari pada Muhammad. Namun sesungguhnya Muhammadlah yang lebih mulia di hadapan Allah SWT dari pada saya.”

 

Ketika  Nabi melewati Nabi musa AS, Nabi Musa menangis. Beliau ditanya oleh orang-orang banyak, “Ada apa kok menangis wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab, “Saya menangis sebab Muhammad diutus sesudah saya, namun umatnya sangat banyak yang masuk surga dari pada umat saya.”

 

Kaum Bani Israil sama-sama berpendapat bahwa sayalah yang paling mulia di antara seluruh keturunan Nabi Adam AS di hadapan Allah, namun sesungguhnya Muhammadlah yang lahir sesudah saya yang termulia. Sementara saya telah hidup di alam akhirat. Seumpama hanya Muhammad sendirian, saya tidak apa-apa, namun ini berbeda, Muhammad bersama-sama dengan umatnya, tentu saja saya menjadi iri dengannya.”

 

Langit Ke7, Sebuah Akhir Persinggahan

 

Pintu terakhir, di langit ke tujuh dan pintu langit itu pun terbuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka bejumpa dengan Nabi Ibrahim AS “Al-Kholil” yang duduk di sebuah kursi yang terbuat dari emas di depan pintu surga. Beliau menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur. Saat itu Nabi Ibrahim sedang didampingi oleh sekolompok kaumnya. Lantas  Nabi berucap salam dan dijawablah salam tersebut oleh Nabi Ibrahim AS.

 

Kemudian Nabi Ibrahim AS berkata, “Selamat datang wahai anakku dan nabi yang shalih.” Lantas Nabi Ibrahim berpesan, “Perintahkanlah kepada umatmu, agar memperbanyak tanaman dan perhiasan surga, karena sesungguhnya tanah surga itu sangatlah bagus-subur dan luas.”  Nabi bertanya, “Apa tanaman surga tersebut?” Nabi Ibrahim AS berkata, “ Yaitu, laa khaula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim.”

 

Menurut salah satu riwayat diterangkan bahwa, “Tolong sampaikan salam saya kepada umatmu dan ceritakanlah bahwa surga itu tanahnya bagus-sangat subur, tawar dan segar airnya. Adapun sesungguhnya tanaman surga tersebut adalah, subkhaanallah walkhamdulillah wa laa ilaaha illallahu wallahu akbar.”

 

Orang-orang yang berada di sebelah kiri dan kanan Nabi Ibrahim (kaumnya) semuanya duduk dalam satu kelompok. Wajahnya putih-bening seperti kertas, sekelompok lain ada kotoran noda hitam kulitnya. Lantas kaum yang terdapat kotoran dikulitnya sama-sama berdiri kemudian masuk dan mandi di sebuah sungai. Selanjutnya sama-sama keluar sebab telah bersih kotorannya. Setelah itu masuk dan mandi kembali di sebuah sungai yang lain. Kemudian keluar dan telah bersih kotoran noda-noda hitamnya. Lantas masuk dan mandi kembali sampai tiga kali di aungai yang lain lagi.

 

Sesudah itu sama-sama keluar sebab telah bersih seluruh kotoran noda hitamnya. Sehingga kulit dan wajahnya putih-bening sama seperti teman-temannya yang lain. Lantas semuanya sama-sama duduk berkumpul bersama teman-temannya yang berkulit dan berwajah putih-bening tadi.

 

Nabi bertanya, “Wahai Jibril, siapa kelompok orang-orang yang berkulit dan berwajah putih-bening tersebut? Dan siapa golongan yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran noda hitam itu? Dan sungai apa yang dijadikan tempat mandi tadi?” Jibril menjawab, “Kelompok orang-orang yang kulit dan wajahnya putih-bening itu adalah orang-orang yang imannya tidak tercampur dengan dosa-maksiat.

 

Sedangkan sekelompok orang yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran dan noda hitam adalah orang-orang yang beramal shalih namun juga mengerjakan perbuatan dosa-maksiat, lantas mereka sama-sama bertobat dan Allah SWT menerima tobatnya. Adapun sungai tersebut adalah, yang pertama sungai Rahmatullah, yang kedua sungai nikmatullah, dan yang ketiga adalah sungai saqaahum rabbahum syaraabangthahuuraa, yang artinya, sungai tempat kalian semua dianugrahi minum-minuman yang sangat segar dan bening juga bersih.”

 

Dan dijelaskan oleh Malikat Jibril, “Itulah tempatmu dan tempat umatmu ya Rasulullah!” Di tempat tersebut tiba-tiba  Nabi berjumpa dengan umat beliau. Umat tersebut terbagi menjadi dua golongan. Golongan yang pertama memakai pakaian putih seperti kertas, sedangkan golongan yang kedua memakai pakaian kusam.

 

Nabi lantas masuk ke Baitul Makmur. Beliau masuk bersama-sama dengan golongan yang memakai pakaian putih. Dan golongan yang memakai pakaian kusam dilarang masuk mengikutinya. Kemudian  Nabi mengerjakan shalat di Baitul Makmur bersama-sama dengan orang-orang mukmin.

 

Di situ, Baitul Makmur tersebut ternyata dalam setiap harinya dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang tidak pernah kembali keluar lagi hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya Baitul Makmur tersebut tegak lurus dengan Ka’bah. Seumpama sebuah batu di jatuhkan dari Baitul Makmur, maka akan terjatuh tepat di Ka’bah. Apabila sudah masuk Baitul Makmur maka tidak akan keluar lagi. Tepat di Baitul Mamur tersebut merupakan akhir dari perjalanan para malaikat.

 

Dalam riwayat lain juga dijelaskan, “Dalam Baitul Makmur itu,  Nabi dihidangi tiga gelas minuman. Lantas  Nabi memilih dan mengambil gelas yang berisi susu. Tindakan  Nabi tersebut dibenarkan oleh Malaikat Jibril dengan ungkapan, Susu tersebut merupakan tanda dari agama islam (fitrah) yang akan Baginda Rasul dan umat Baginda Rasul peluk.”

 

Kemudian  Nabi dibawah naik lagi ke Sidrotul Muntaha. Di tempat itulah akhir dari semua amal manusia naik dari bumi, lalu berhenti. Di Sidrotul Muntaha tersebut, takdir-takdir diturunkan dari ketinggian dan berhenti.

 

Disadur dari kitab Dardir Miraj

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK