Belajar Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok di Pesantren Wisata An-Nur II

Pondok Pesantren An-Nur II Al-Muratdlo kembali mendapat perhatian dari pemerintah. Hal ini ditandai dengan dijadikannya Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Murtadlo” sebagai salah satu pesantren penerima bantuan budidaya ikan Lele sistem bioflok. Selain An-Nur II, ada sekitar 73 pesantren lainnya yang menjadi penerima bantuan budidaya ikan Lele sistem bioflok, diantaranya, Ponpes Al Itqon Pangandaran, Al Umm Aswaja Bogor, dan Al-Mubarok Pasuruan.

 

Bantuan tersebut berupa 12 kolam berdiameter 2,5 meter, benih, pakan, dan obat. Saat ini, ikan Lele tersebut telah menginjak usia 2 minggu lebih dan akan dipanen saat lele telah berumur 2,5 bulan.

 

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, program budidaya Lele bioflok pesantren ini termasuk bagian dari gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemar Ikan) yang telah dimulainya April 2014 lalu (detik.com). Gerakan ini dilakukanya sebagai upaya untuk meningkatkan konsumsi ikan masyarakat yang dinilainya masih rendah, mengingat Negara Indonesia adalah negara maritim.

 

Alasan dipilihnya pesantren sebagai salah satu penerima program budidaya Lele bioflok adalah agar asupan protein para santri lebih terpenuhi, karena anak-anak di pesantren adalah anak-anak usia tumbuh yang membutuhkan protein tinggi untuk tumbuh kembang mereka.

 

Kepercayaan pengelolaan ini oleh pondok pesantren diamanahkan kepada Ust. M. Chumaidi, salah satu ustaz senior. Menurutnya, dengan adanya bantuan seperti ini, selain para santri bisa mendapat protein lebih melalui konsumsi Lele, para santri juga dapat sedikit belajar tentang bagaimana cara membudidaya lele dengan menganut sistem bioflok. Sehingga, nantinya ilmu tersebut dapat menjadi bekal mereka berwirausaha ketika sudah pulang.

 

Lebih lanjut lagi, beliau teringat dengan salah satu pesan pendiri Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo, Almaghfulah KH. M. Badruddin Anwar, “Santri iku kudu multitalenta”. Salah satu wujud dari pengamalan dawuh tersebut adalah melalui kegiatan-kegiatan semacam ini.

 

Sistem budidaya ikan lele bioflok ini lebih bersih dan higienis. Sangat jauh berbeda dengan gambaran masyarakat yang selalu mengidentikkan lele sebagai pemakan kotoran. Sistem bioflok ini mengandalkan penumbuhan mikroorganisme yang nantinya menjadi pakan dari lele itu sendiri, sehingga hal tersebut bisa menekan biaya pakan. Selain itu, bioflok ini juga mengandalkan aerator sebagai penyuplai oksigen.

 

Nantinya, ketika lele itu dipanen, para santri lah yang akan menikmati hasil panen itu. Maka dari itu, Pak. Chumaidi berharap, para santri bisa mendukung budi daya tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Tentunya dukungan itu dilakukan dengan tidak bermain-main di area sekitar kolam.

 

Dalam pemeliharaannya, lele-lele itu diberi makan dua kali sehari, pagi dan sore. Penambahan oksigen dari aerator juga harus sering dikontrol supaya tidak sampai mati. Karena kalau aerator tersebut mati, ikan-ikan akan stres dan mati.

 

Membudidayakan lele bukanlah hal yang mudah, sampai pada hari ke-5, dari 12 kolam yang masing-masing diisi 3300 ikan, sudah 500 ekor lebih benih yang mati. Hal itu disebabkan telatnya bantuan pakan dan merupakan hal wajar bagi seorang pemula. Tetapi, sampai sejauh ini, lele-lele itu sudah mulai beradaptasi. “Sekarang ini sudah lumayan, baru 5 menit dikasih makan sudah habis, itu tandanya mulai bagus, insyaallah nanti bisa panen banyak.” Ujar Pak. Chumaidi.

Pewarta : Robby Bagus

Penyunting : Fajar Izzul

 

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK