Petuah Sakti

Petuah Sakti, Pondok Pesantren Wisata An-Nur II Al-Murtadlo

Syekh Abu Madyan at Tilmisani

وحط رأسك واستغفر بلا سيب  #  وقم على قدم الانصاف معتذرا

“Tundukkanlah kepalamu, dan perbanyaklah istighfar walaupun engkau merasa tak ada sebab. #Dan teruslah mengakui kesalahan juga mengampuni kesalahan yang orang lain perbuat.”

 

 

Pengajian Bakda Maghrib bertempat di Ndalem Sepuh/ndalem barat pondok pesantren An Nur II Al murtadlo ini, menerangkan sebuah syair petuah nasehat dari Ulama’ kelahiran Sevilla Spanyol yang menjelaskan tentang jangan cinta terhadap jabatan, memperbanyak istighfar dan selalu mengakui kesalahan. Pengajian yang dihadiri 12 orang dari santri-santri senior ini langsung di live kan lewat siaran facebook fanspage An Nur II Al Murtadlo, untuk merambah kemanfaatan pada khalayak ramai.

 

Pada bait ke 6 ini Syekh Abu Madyan at Tilmisani menrangkan bahwa seseorang harus menundukkan kepalanya, maksud kepala dari sini adalah menunudukkan kecintaannya terhadap pangkat dan jabatan. Karena  cinta jabatan itu lebih berbahaya dari pada mencintai harta. Lebih membahayakan dari pada sekedar kemewahan belaka. Berlakulah tawadlu’, dan merasa hina diri. Dan letakkan kepala kita pada tempat yang paling rendah yakni tempat sujud. Karena pada tempat sujud itulah seperti yang dijelaskan didalam hadist,

 

اقرب مايكون العبد الى الله تعالى وهو ساجد

 

Lebih dekatnya seseorang hamba kepada Tuhannya adalah dalam keadaan sujud.  Maka perbanyaklah sujud dihadapanNya, karena disitulah doa-doa yang kita panjat mudah dikabulkan.
Maknanya adalah  letakkanlah sesuatu yang paling mulia darimu di bumi ini, pada tempat yang paling rendah. maka engkau akan dekat kepada Allah,

 

Kadar kedekatan seseorang hamba kepada Allah tergantung seberapa besar ia berlaku tawadlu.

*Memperbanyak Istighfar*

 

Seringkali amal baik yang kita perbuat hal itu menunjukkan atau merasa bahwa diri kita sudah mulia, dan sudah pantas menjadi predikat orang solih. Atau terkadang sebab keputus-asaan akhirnya kita tidak mau mengakui kalau itu merupakan kesalahan. Dua hal inilah yang menyebabkan sesorang hamba malas memperbanyak istighfar.

Nabi Muhammad SAW orang yang paling suci nan mulia, tidak terlepas dari hari-hari beliau terkecuali membaca istighfar 70 kali bahkan seringkali lebih. Didalam sabdanya beliau mengatakan yang artinya:

“Sungguh bahagianya seseorang yang didalam catatan-catatan hariannya dipenuhi dengan istighfar.”

Didalam sabdanya pula:

ومن لزم الاستغفار جعل الله له من كل هم فرجا ومن كل ضيق مخرجا ورزقه من حيث لايحتسب

Barang siapa melazimkan istighfar maka Allah swt akan menjadikan baginya setiap kesusahan menjadi kebahagiaan, setiap kesulitan ada jalan keluar, dan diberikan rezeki dari arah-arah yang tidak disangka-sangka. Begitu istimewanya orang yang melazimkan istighfar.

Astaghfirullohal Adzim.

 

*Mengaku salah dan memaafkan orang yang berbuat salah.*

 

Mengaku salah atas apa-apa yang pernah diperbuat. Bersikap adil kepada diri, dan bersikap memaafkan kepada orang lain. Dan tidak pula menuntut  orang lain atas hak-hak yang harus diperlakukan untuk  kita, meski derajat kita lebih tinggi. Begitu kata guru saya beliau al-Habib Umar bin Hafidz.

 

Sebuah cerita Imam Umar bin Abdur Rohman al Attos seorang guru pada zamannya dan rujukan fatwa dari kaumnya, suatu  ketika mengadakan kunjungan ke sebuah daerah bersama para muridnya, di pertengahan jalan, ada seseorang yang _pepeko_ _sembrono_ membuang sampah sembarangan dari lantai atas yang kemudian mengenai sang guru, berupa sapu yang sudah lapuk, debu, dan beberapa batu kerikil. Melihat hal itu muridnya marah-marah.

“Sembrono tenan wong iki, gak eroh ndek kene dalan seng biasa dilewati uwong ta! Kok buang sampah sembarangan”  Ucapan geram para murid.

“Wahai guru, tunggu sebentar, aku akan memberikan pelajaran pada pemilik rumah ini “ sahut muridnya yang lain.

Sang guru pun menjawab.

“ wahai anakku, kita ini semestinya sudah dihantam batu neraka  sebab amal dan perbuatan jelek yang banyak kita lakukan, akan tetapi Allah masih memberikan keringanan kepada kita, hanya cuma dilempari beberapa batu kerikil saja. Sudah biarkan saja, ambilkan pakaianku, aku mau mandi dan ganti baju terlebih dahulu.”

SubhanAllah…. sebuah akhlak yang begitu mulia.

 

Begitu juga cerita Kyai Bad seorang Ulama’ yang tidak mashur namanya tapi begitu harum semerbaknya. Ketika pesantren di ganggu dengan berbagai gangguan segala macam khusunya pada saat itu adalah ilmu magic.

“ Koo mboten di bales mawon yai”

Kata seorang santri.

“ yo wes jarno ae, mugo-mugo aku disepuro pengeran”

Jawab beliau sambil tersenyum indah.
Dan masih banyak riwayat-riwayat orang solih yang tidak bisa dituliskan disini.
Nafa’anallohu bi ulumuhim wabi asrorihim fiddaroini amin.

Home
PSB
Search
Galeri
KONTAK